Monday, May 31, 2010

Pada Sebuah Nama

Tanpa suara aku bergumam mesra. Pada angin yang berhembus kutitipkan salamku. Dalam diam seribu bahasa aku memaknai kalbu. Nama itu selalu. Nama itu menggangguku, dan terus menderu. Dan kepada rasa kubungkamkan asa itu. Pada senja menjelang malam, aku bersaksi. Tidak ada janji dan tak akan ada yang mengingkari. Terlalu dini untuk mengakui, ada satu hati yang menanti. Kuraba hatimu dengan hati-hati, tak kudapatkan yang kumau. Bagai menjangkarkan ragu dalam rasio dan waktu. Jalan-jalan menjemput kenangan. Pada masa yang lalu aku terharu. Pada lembutnya laku dan sorot mata yang sayu. Terpaku terpalu dalam hadir yang menghanyutkan. Membagi mimpi yang sempat terucapkan. Dalam nada dan doa ada segan yang memisahkan. Enggan dalam menguraikan pengharapan. Terbentengi kalut dan kabut yang mengelilingi pemandangan. Pandangan sekitar yang semakin membiaskan. Kedekatan yang justru menjauhkan.

- Kiki Fauzia, 2 November 2009-

i found this poem on my previous blog. so silly back to old times.

Sunday, May 30, 2010

Here She Comes

click the picture for zooming in...

Mama...
Thank you for such a delightful yet short visit in Yogyakarta!
If only I could freeze the time..

PS. 'like mother like daughter'
We like to pose in picture :D

What a beautiful day !
Regards, _Kf_

Wednesday, May 26, 2010

Peta Politik Kota dalam Ironi

Berfriksi dengan ruang dan waktu. Kampung halaman dan rumah yang dirindukan. Keluarga, kehangatan, dan kenyamanan yang tak jemu untuk selalu dielukan. Di sela-sela itu, hujan masih belum bosan tampil di muka bumi. "Hujan kau ingatkan aku tentang satu rindu... Oh Ibu" (Satu Rindu, Opick feat Amanda). Aku bahagia dan bersyukur kerinduan itu akan menemui titiknya minggu ini. Bunda akan datang dengan membawa cerita kebahagian dan setumpuk luapan kerinduan. Yaa, minggu ini Bunda akan menemui anak gadisnya. Sementara di sini si gadis masih memikirkan apa yang harus dilakukan agar memberikan kesan yang tak sekedar lalu. Yang jelas, kamar dikondisikan dalam setting terbaik dibanding hari biasanya.

Gejolak api dalam sekam
. Ada letupan kecil yang patut diperhatikan. Ini merupakan kewajaran, namun tanda-tanda yang sedikit mengkhawatirkan. Sudahlah dijalani saja sesuai dengan rutenya dan dengan mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada. Jalan tol bukan opsi terbaik saat ini.

Kampung halaman yang dirindukan.
Blitar, kota kecil yang mengiringi pertumbuhanku. Kota yang memberikan perasaan aman dan tenang. Kota yang jauh dari hiruk pikuk metropolis namun lekat dengan sisi-sisi humanis, historis, legendaris. Mengilhami banyak peristiwa dan melahirkan beberapa nama yang menginspirasi. Sebut saja Anthoni Fokker, Supriyadi, dan yang saat ini melanglang buana di pentas perpolitikan nasional, RI 2 (Budiono) dan Partai Demokrat 1(Anas Urbaningrum). Berbicara mengenai politik dan pemerintahan, tanggal 27 Mei kemarin Pilkada Kota Blitar berhasil diselenggarakan.

Pemilihan Kepala Daerah yang meninggalkan ironi tahun ini
. Ironi pertama, ketidakmampuanku menembus dimensi ruang dan waktu. Seandainya pintu ajaib Doraemon dihadirkan, aku akan memanfaatkannya untuk memberikan satu hak pilihku yang berharga kepada salah satu calon terbaik. Calon kepala daerah pilihanku yang sangat kredibel dan amanah. Beliau adalah figur pemimpin yang baik, bagi keluarga dan umat. Jikalau dihitung, sudah sejak SMP aku mengenal beliau, dan lebih dekat lagi ketika SMA. Suatu kebetulan yang membawa berkah tatkala anak pertama beliau adalah sahabat baikku, dan anak keduanya adalah teman karib adikku. Jadilah kami bak satu keluarga.

Ironi kedua, kekalahan, semoga tidak menjadi tragedi.
Dari sms teman dekat dan pantuan dari internet tentang hasil dari pusat penghitungan Pilkada Blitar 2010 dan quick count sementara menunjukkan bahwa calon pilihanku menduduki peringkat kedua (+/-24%), sementara nomor satu ditempati calon kuat dari PDI-P (+/-40%). Selisih yang sangat jauh untuk dikejar. Hasil ini memang tidak jauh dari prediksi dan kekhawatiranku sebelumnya. Sungguh ironi bagi seluruh masyarakat Kota Blitar yang kenal dan mengetahui seluk beluk calon walikota kota tercinta kita itu. Isu money politics yang sempat memanas di berbagai media dan sempat diliput oleh TV nasional selama ini aku yakini bukan hanya isapan jempol. Dan seperti halnya kasus-kasus lalu, temuan seperti itu hanya menjadi bumbu dalam pentas pertarungan politik. Tidak pernah secara tuntas ditindak. Dan kalaupun sempat ditindak, pasti beritanya cepat berlalu, kasusnya mengabur, dan yang diuntungkan tetap memegang tampuk kekuasaan.

Ironi bagi yang mengerti.
Aku sedih dengan kenyataan kemenangan Pilkada Kota tahun ini. Sebenarnya pemenangnya bukan orang baru dalam perpolitikan kota karena sebelumnya menjabat sebagai Ketua DPRD Kota. Perlu diketahui bahwa Blitar berkembang pesat di tangan walikota periode lalu. Pendapatan daerah meningkat dan kota Blitar memenangkan beberapa otonomi awards di tingkat provinsi dan nasional. Sebut saja, DSH, walikota yang cerdas dan berkharisma. Beliau juga lulusan almamater kampusku. Bahkan aku teringat salah satu dosen senior di kampusku, BW, pernah mennanyakan kabar Bapak Walikota ketika pertama kali aku mengenalkan diri di kelas dan menyebut asal kotaku.

Coba kita kupas kiprah calon walikota Blitar.
Sebenarnya aku kurang mengenal tiga kandidat lain, selain pasangan no.2 dan no.3. Kedua pasangan ini merupakan kandidat terkuat tahun ini. Calon no.2 merupakan pemenang hasil perhitungan Pilkada sementara, calon terkuat dari PDI-P dan sebelumnya menjabat Ketua DPRD. Mari kita menyebutnya dengan inisial SH. Sementara calon no.2, berasal dari koalisi Partai Golkar dan PKB. Sebelumnya menjabat sebagai Sekda alias Sekertaris Daerah dan sebelum itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum. Sebut saja beliau dengan inisial, AT.

Mari kita perbandingkan.
Siapa yang tidak kenal dengan SH. Kebanyakan orang menyebutnya 'mantan preman'. Entah bagaimana kronologisnya hingga bisa menduduki puncak pimpinan lembaga legislatif kota. Yang jelas latar belakang masa lalu dan pendekatannya selama ini sangat dekat dengan komunitas preman dan lekat dengan istilah premanisme. Siapa coba yang tidak takut jika preman-preman kota adalah teman dekatnya. SH mempunyai markas merah besar di tengah kota, yang sangat strategis untuk menggalang massa dan pusat aktivitas sosial politiknya. Di sanalah basis dan simbol kedigdayaannya. Materi kekayaan dan kekuatan adalah modalnya dalam membesarkan kampium kekuasaan. SH adalah Ketua PSBI, tim sepakbola kota yang mempunyai lapangan futsal terbesar di kota.

Latar belakang pendidikan, siapa yang peduli.
Kalau ada uang, embel-embel sarjana atau master pun bisa dengan mudah dipesan. Pernah ada cerita begini, suatu ketika ada kompetisi futsal pelajar di Kota. Kemudian seorang wali murid mengeluh karena anaknya telah banyak ketinggalan pelajaran di sekolah. Kemudian SH berseloroh, "buat apa sekolah tinggi-tinggi, toh walaupun tidak terlalu pandai saja bisa mencapai posisi puncak seperti saya."What a bad message to be delivered to young generation. Latar belakang keluarga bagaimana aku kurang mengetahui. Yang jelas, rambut istrinya bercat merah dan berpenampilan yahud.

Deskripsiku tentang SH di atas memang berlandaskan asumsi, apriori, dan judgmental general yang kusederhanakan. Sedangkan deskripsiku mengenai AT di sini akan lebih objektif dan empiris. AT mempunyai pengalaman dalam politik dan pemerintahan yang cukup panjang. Sepanjang yang kuketahui adalah pengalamannya sebagai Kabag Umum Pemkot, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, dan Sekertaris Daerah. Latar belakang pendidikannya adalah dari Unbraw dan gelar S3 diraihnya di Jurusan Ilmu Politik UGM. AT sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan. Dan terbukti kedua anaknya sangat cerdas. Anak pertama beliau saat ini sedang menempuh semester akhir di Pendidikan Dokter Unibraw, Malang. Anak kedua, kuliah di Jurusan Teknik Informatika, ITS, Surabaya.

Sosok AT sangat santun dan berwibawa. Aku mengenal dekat keluarganya; istrinya, dan dua anaknya. Keluarganya adalah keluarga yang bersahaja. Yang paling membuatku kagum dan terkesan adalah mereka adalah tipe orang yang berhati tulus, suka menolong dan berderma. Selain itu, mereka sekeluarga rutin sholat berjamaah. Bahkan teman anak-anak mereka seringkali diajak berjamaah bersama. Istri beliau adalah figur istri yang supel dan supportif terhadap suami dan anak-anak, juga sangat disayangi oleh masyarakat. Sementara itu kedua anaknya adalah tipe teman yang cerdas, bisa diandalkan, dan penyayang. Maka tak ayal, sejak SMP rumah mereka selalu menjadi base camp bagi teman-teman. Rumah yang memberikan keluangan, kebebasan, dan energi positif bagi penghuni dan tamu-tamunya. Maka tak berlebihan jika aku menyebut AT sebagai sosok pribadi yang amanah dan bisa menjadi teladan bagi sekitarnya.

Peta perpolitikan kota. Kemenangan SH tahun ini memberikan gambaran yang jelas mengenai kultur politik dan peta basis massa partai politik di Bllitar. Dilihat dari piramida penduduk kota, mayoritas warga Blitar adalah kelas menengah dengan komposisi perkerjaan sebagai petani, pedagang, dan pegawai negeri sipil. Dari kasus Pilkada Kota Blitar tahun ini bisa dilihat bahwa masyarakat kota Blitar, terutama kelas menengah bawah dan dengan tingkat pendidikan rendah, masih rentan untuk dimobilisasi dan dibeli hak suaranya. Sementara, dominasi basis massa parpol masih dikuasai oleh PDI-P. Megawati Soekarno Putri sebagai putri dari ikon kota Blitar-Soekarno-mempengaruhi besarnya perolehan suara PDI-P dan masih kuatnya Soekarnoisme di kota. Euforia kemenangan Partai Demokrat tahun lalu, yang memeroleh suara terbanyak dalam Pemilu di kota masih belum mampu menandingi kuatnya basis massa PDI-P yang sebagian besar berasal dari kelas menengah ke bawah, dan kelompok pemuda.

Ironis. Tragis. Namun, doaku semoga yang terbaik untuk kotaku, Blitar tercinta.

Saturday, May 22, 2010

Purification

"Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan."
- Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, 1980-

Wednesday, May 19, 2010

UGM Graduation in May

left to right : phi'i, mbak rien, dedek, me :)

Today I dressed up in purple. Since early morning, my kost friends and I was excited to see our good friend's graduation ceremony. Another personel of SWA 7A Family, Mbak Ririn finished her study in UGM. We are also very enthusiastic to take a lot of pictures in the spot because my friend brought her SLR camera. The photos below was taken from my camera-pocket anyway.

There I also met another group, from another family, OIA family who congratulated our friend's glory. I am so proud of you friends, especially when seeing your cum laude shawl.



I would love to extend my sincere congratulation to dear friends,

Ririn Fina Pebriani - Forestry Faculty
Fitri Trapsilawati - Engineering Faculty
Guruh Eko Saputra - Engineering Faculty
Dyah Pandam Mitayani - Cultural Science Faculty
and other graduates

I hope you are a way success in years to come.
Be a good ones in whatever path you choose.

Regards, Kf

Wabah Jangkrik


Ketika gelak tawa tak lagi sama.
Nada semakin sumbang.
Partitur semakin ngawur.
Lebih baik menutup telinga.
dan anggap saja jangkrik-jangkrik sedang mengerik.
Akan menjadi melodi malam yang mengganggu tetapi dirindukan.

Salam krik-krik, :) Hahaha.

Tuesday, May 18, 2010

Rumusan Masalah?

picture from here

Beberapa hari ini hujan mengguyur kota. Hujan tak hanya menahan raga, namun meninggalkan elegi tentang kelumit peristiwa. Entah apa itu, tapi nuansa hujan memberikan rasa janggal dalam diri. Rasa hangat yang diidamkan, tempo melambat tanpa disadari, dan keinginan untuk lebih memanjakan diri sambil menikmati deru rintik hujan. Namun bagi saya, hujan identik dengan satu kata: sendu. Entah. Dan dalam kesenduan menyelinap, saya masih mencoba merangkai koma, titik, dan tanda tanya. Saya pun makin tertantang menyelesaikan permainan puzzle kehidupan .

Pola-pola yang bergeser, partikel yang saling bertindihan, bangun-bangun yang tidak kongruen, fenomena simetris-asimetris, imparsialitas, subyektifitas, ambiguitas, mispersepsi, ekspresi, kepentingan, ketulusan, kasih sayang, masa depan, penghargaan, kepekaan, artificial, kekuasaan, kekayaan, keangkuhan, prestasi, harga diri, teman, lawan, kecewa, cinta, kinerja, ironi, anomali, produktivitas, dan lain lain, dan seterusnya saya kehilangan kosa kata. Saya gagap menyusun makna. Saya asal memilih diksi. Dan pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa: hidup memang harus diperjuangkan.

Oleh karena itu, pertama kali kita harus mampu mendefinisikan rumusan masalah terlebih dahulu, tentang apa yang benar-benar ingin diperjuangkan. Dan pertanyaan mendasar yang perlu kita jawab adalah what do you really want?

If you fail to answer that in details. You should figure it out soon. Beware : time is running.

Regards,

Morning Reminder

This morning my brother called me. In the middle of our light conversation, I insisted him to share what he got from his weekly 'ngaji'. So, he started to highlight some points that made me frightened somehow. Then, he stated innocently, "That's what religion for, because life is not like bohemian" Then I nodded in silent while have the same idea about that. For me, religion works when we start thinking, feel afraid, change bahaviour, and increase self sensitivity of controlling mind and attitude. The process will gradually improve not only ourselves but the atmosphere surrounding.

From his 'morning reminder', some I agree, some I argue. But mostly my sensitivity increased afterward. Below I will write some 'reminder' in Bahasa Indonesia because it will be much more understandable and to avoide some misleading perceptions.

- Dosa yang langsung mendapat balasan di dunia:
- Sumpah palsu - Durhaka pada orang tua - Zina

- Semua perbuatan di dunia ini tidak ada manfaatnya, kecuali:*
- Dzikir - Baca Quran - Ta'lim (mencari ilmu)
I very much agreed but kind of argue on this points. Because there should be more to add.

- Salah satu ciri hawa nafsu yang berbahaya: ingin terkenal.
We also have dept discussion over this issue.

He also reminded me about 'nadzar'. For those who still have one, let's fulfill it immediately because of chain consequences used to called 'kafarat'. I would love to share more about this topics. I hope we will be more aware and sensitive of our basic intention in life.

Regards, _Kf_

Monday, May 17, 2010

My Ingredient


My ingredient for today's mood:
be grateful of your life.
.be yourself, never pretend, put smile on your face...
...remembrance of Him first and foremost....

feel your inside happiness then share to others genuinely.
being grateful is the key of happiness,
remembrance of Him is the cureall, the most effective pain-healer.

Remember : Ibrahim [14:7]
"If you are grateful [to Me], I shall most certainly give you more and more" لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ

Regards,

Saturday, May 15, 2010

Procrastination

The 'carpe diem' cartoon below fascinated me and slapped on my face at the same time.



I think, mind wandering will kill me softly. So therapy is urgently needed in order to make me stay focused on only important things. I decisively blamed my mouse because just by clicking I can be anywhere. The effect: I delayed the obliged duties, and ignored priorities for a while. Procrastination give a damn pleasure indeed. But only temporary and maya.

Then, I thank to my mouse because I met my therapist on such a sacred place. There, all problems related to procrastination was comprehensively discussed. Here is also very interesting academic research about procrastination. Okay, I need to focus on my therapy. You can also join us and let's find out what we attain later.

My special credit to: Procrastination Research Group

Carpe diem regards,

Thursday, May 13, 2010

Manusia Sempurna

Manusia, unik.
Dikatakan sempurna karena ketidaksempurnaan ada.
Meletakkan ambiguitas pada sikap yang ambivalen.
Karena itulah komunikasi penting dan interaksi dihargai.

Jangan merasa nyaman dengan kelebihan dan jangan sombong dengan kekuatan. Tapi bersyukurlah karena kelemahan Anda bisa diterima. Berdoalah agar kelemahan menjadi teman baik, yang tidak melemahkan tetapi menguatkan karena adanya penerimaan dan penghargaan, pada sebuah keniscayaan:
Karena manusia sempurna, karena ketidaksempurnaan yang ada.

Salam, _Kf_

Wednesday, May 12, 2010

Mengaji atau Merugi

"Ngaji, Nduuk! Walau ayah! Niat ingsun dipekso. Memang harus dipaksakan untuk memulai."

Sudah berkali-kali nasehat di atas singgah di kuping kananku. Rehat sejenak di otak. Kemudian, berlanjut keluar lewat kuping kiriku. Selalu begitu. Orang tua selalu mengingatkan jika aku mulai menceritakan aktivitasku, termasuk penyakit malas yang menghinggapi jasmani dan rohaniku, diantaranya misalnya ketika aku malas mengaji. Namun ketika aku tidak bercerita, asumsi mereka (mungkin) sudah tidak ada masalah alias aku sudah rutin mengaji. Kemudian aku mencoba mengingat kembali, kapan terakhir aku membuka Al-Quran? Seminggu yang lalu sepertinya. Baguslah, pikirku, tidak terlalu parah. Tapi, apakah demikian?

Persinggungan antara celah peristiwa dan lalu lintas suara hati mengantarku pada bisikan halus dalam kalbu yang nyaris tidak terdengar, kecuali jika aku diam, hening, dan memberi ruang pada desir itu. Desiran itu adalah pertanyaan tentang : "Apakah kita termasuk orang-orang yang merugi?"

Tafsiran merugi memang sangat luas. Jika tinjauannya adalah Surat Al-Asr, maka indikator kerugian adalah waktu (masa). Dan memang, waktu adalah variabel yang paling bisa mendeterminasi apakah manusia tergolong orang yang beruntung, merugi, atau celaka. Coba simak saja pesan dalam ayat (Al Asr) di bawah ini:
1) Demi masa
2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran)

Sungguh luar biasa ayat tersebut mengingatkan manusia supaya tidak menyia-nyiakan waktu, menjadi sebaik-baik manusia, bermanfaat bagi orang lain, dan tidak merugi.

Lalu apa hubungan antara membaca Al-Quran dengan orang yang merugi? Jelas ada. Mengaji dan mengkaji Al-Quran bisa menghindarkan kita menjadi manusia yang merugi. Aku juga teringat pesan keluarga waktu itu, terutama berkaitan dengan pengaruh faktor lingkungan dan peluang menjadi manusia yang merugi. Waktu itu mereka mengingatkan bahwa aku harus selalu meng-upgrade kualitas ibadah. Tidak bisa disejajarkan dengan orang lain. Bahkan, jangan sampai menurun sesuai dengan standar orang lain

Misalnya saja, ketika aku sudah rutin shalat lima waktu, aku harus mengusahakan shalat tepat waktu. Ketika aku sudah rutin shalat tepat waktu, aku harus mengusahakan shalat sunnah lain. Ketika aku sudah terbiasa mengaji, hari berikutnya aku harus istiqomah dan memperbanyak ayatnya. Singkatnya, kita harus membiasakan diri memperbaiki kualitas ibadah. Jangan sampai terbawa arus dan pengaruh lingkungan. Misalnya, terbawa kebiasaan shalat ngaret atau bahkan lalai sholat. Semua itu dimaksudkan supaya kita tidak menjadi manusia merugi.

Sesungguhnya formulasinya adalah:
"hari ini lebih baik dari hari kemarin = beruntung
hari ini sama dengan hari kemarin = merugi
hari ini lebih buruk dari hari kemarin = celaka"

Semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung. Upgrading diri memang perlu dilakukan setiap hari.

Salam, _Kf_

Tuesday, May 11, 2010

ingin sekali

Ilmu laksana cahaya penerang kehidupan image was downloaded from here

Berhasrat kuat menggiatkan aktivitas otak.
Berkeinginan keras mengasah ketajaman fikir.
Tidak mau ilmu yang superficial (dangkal).
Semangat!! Ingat: "rajin pangkal pandai"

"It's not how good you are, but how good you want to be."

Saturday, May 8, 2010

UQ Visit to UGM

The University of Queensland Visit to Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, May 4th 2010

This is one of my duties as Program Coordinator for Australia Region in the Office of International Affairs, UGM. I have to in charge of all arrangements and agendas during the university partners visit to UGM. Afterwards, I have to keep in progress with cooperation and partnership initiated. The activity during the University Queensland (UQ) Delegation Visit can be read in OIA website.


After Official Meeting with Rector and UQ Presentation about 'Building an Excellence Research Activity', UQ celebrated Centenary Event by inviting UGM Senior Executives and UQ Alumnies to have lunch reception in Bogey’s Teras at Hyatt Regency Hotel, Yogyakarta.



This is OIA Team for UQ Visit to UGM. Thank you guys for your great effort and contribution to make such a successful program. The delegation seemed delighted and impressed with our hard-work. Looking forward to welcoming another Australian university partners hearty.

Best regards,

Friday, May 7, 2010

My AsTW 2010 on Radar Blitar

For further reading, click here. (Radar Blitar-Jawa Pos, edisi 29 Maret 2010)


Best regards,

Pesan Ibu

gambar diunduh dari sini.

Anakku sayang...,simak baik-baik kata-kata bijak dari Mario Teguh hari ini. Mudah-mudahan bisa menjadi motivator seiring dengan doa mama...

"Menjadi orang muda berhasil tanpa harus menjadi tua. Menjadi pribadi anggun tanpa harus dilahirkan dalam keluarga ningrat. Tegaslah dalam memelihara diri dari hal-hal yang tidak memuliakan dan fokuslah pada hal-hal yang MEMBESARKAN KEHIDUPAN. Semoga Allah SWT selalu menuntun langkahmu. Amin. "

**Pesan yang disampaikan ibu saya kepada kedua anaknya. Amiien ya Allah!

Thursday, May 6, 2010

Weekend is Coming

Alhamdulillah. I was so relieved after have passed Thursday this week. Tomorrow will be Friday and I am so excited for weekend. This week seems so hectic yet bit frustrating for me. I had to struggle with all collage and work stuffs in the same time. No time for complaining, just make the best of it. Another big week will be awaiting for me.

Regards, _Kf_

Wednesday, May 5, 2010

Korupsi Partai Politik

Lingkaran Setan Korupsi Partai Politik di Indonesia

Pendahuluan
Dalam sebuah jurnal asing disebutkan bahwa corruption is way of life in Indonesia.[1] Ungkapan tersebut jelas sangat menyakitkan dan menciderai citra bangsa Indonesia. Namun jika faktanya demikian, apa yang mau dipersalahkan. Penyakit korupsi telah membudaya dan melembaga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dari skala kecil sampai pada tingkatan elit politik. Praktik korupsi dengan berbagai modus menjadi sorotan hangat di berbagai media setiap harinya. Upaya pemberantasan korupsi pun gencar digalakkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan telah menyeret beberapa nama. Namun hal tersebut nampaknya belum menimbulkan efek jera. Praktik korupsi terus berlanjut seiring proses institusionalisasi yang akan terus berkembang menjadi proses habitualisasi atau pembiasaan. Ironis.

Kasus korupsi yang terjadi beberapa tahun terakhir menjerat beberapa anggota DPR, seperti halnya Al Amin Nasution, Bulyan Royan, dan Hamka Yamdu. Selain itu beberapa menteri di kabinet Susilo Bambang Yudhoyono juga terlibat kasus serupa. Sebut saja Hamid Awaluddin, Paskah Susetta, Yusril Ihza Mahendra, M.S Ka’ban, dan beberapa nama lain yang terindikasi kasus korupsi. Benang merah yang dapat ditarik dari kasus mereka adalah kesamaan latar belakang dari partai politik. Fakta ini juga sejalan dengan dengan hasil survei korupsi yang dilansir Transparency Internasional Indonesia yang menyebutkan bahwa parlemen dan partai politik adalah lembaga paling korup sejak dua tahun berturut-turut.[2] Dalam merespon berbagai kasus korupsi yang menjerat beberapa nama dari partai politik tersebut, masalah yang penting dan menarik untuk dijawab adalah mengapa ada kecenderungan korupsi terjadi di tubuh partai politik dan bagaimanakah korelasi antara korupsi dengan partai politik?

Perilaku para elit politik tersebut bisa dianalisis dengan kerangka berpikir ‘rational choice’ dengan asumsi utama bahwa individu membuat pilihan dengan tujuan mengejar kepentingan pribadi. Kerangka berpikir ‘rational choice’ menggunakan metode behavioral untuk memahami perilaku individu. Perilaku rasional ini menggunakan asumsi bahwa motivasi dasar tindakan manusia adalah sejalan dengan sifat alamiah manusia yakni mengejar kepentingan pribadi. Oleh karena itu, teori ini memerlukan adanya identifikasi terhadap kepentingan para individu berkaitan dengan perilaku korupsi tersebut.

Sementara jika dikaitkan dengan korupsi di partai politik, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis, yakni pendekatan neo-Marxixt dan antropologi.[3] Pendekatan neo-Marxist, berpendapat bahwa partai politik dan pemimpin partai politik adalah agen kepentingan kapitalis global dan lokal. Korupsi partai politik merupakan perjuangan elite oligarki untuk membajak lembaga demokrasi dan mengekalkan sistem kapitalisme. Sedangkan pendekatan antropologi didasarkan pada “asumsi self-interested utility” (Jonathan Hopkin), dimana tindakan korupsi merupakan ciri-ciri integral dari sifat alami manusia. Partai politik merupakan kendaraan politik untuk memperbesar kekayaan, pengaruh, dan status sosial. Oleh karena itulah korupsi partai politik terjadi.

Korupsi yang terjadi di tubuh partai politik juga dijelaskan oleh Marcus Metzner,[4] dengan mengelaborasi dua pendekatan di atas dan mengaitkannya dengan mekanisme pendanaan partai politik. Korupsi di tubuh partai politik terjadi karena adanya behaviour individu dalam mekanisme pendanaan partai politik akibat rendahnya subsidi negara dan meningkatnya praktik ilegal penggalangan dana. Untuk memahami lebih lanjut mengenai mekanisme pendanaan tersebut, sebelumnya patut kita pahami mengenai posisi partai politik dalam lingkaran setan korupsi di Indonesia.

The Nature of Partai Politik

Partai politik merupakan kendaraan politik untuk memperbesar dan melanggengkan kekuasaan. Kurang lebih asumsi tersebut sesuai dengan asumsi self-interested utility oleh Jonathan Hopkin.
[5] Untuk melanggengkan kekuasaan, politisi harus memastikan untuk terpilih kembali dalam pemilihan umum. Dalam masyarakat terdapat tiga kelompok yang berperan penting dalam pemilihan umum, yaitu konstituensi, penyumbang dana kampanye, dan partai politik.[6] Mohtar Mas’oed juga menjelaskan bahwa dalam ‘pasar politik’, politisi atau pejabat publik berada dalam posisi supply (menawarkan), sedangkan ketiga kelompok tersebut (konstituensi, penyumbang dana kampanye, dan partai politik) adalah yang mengajukan demand (permintaan). Korupsi terjadi karena adanya supply dan demand dari kedua belah pihak tersebut. Modusnya pun bermacam-macam.

Budaya korupsi tidak dapat dilepaskan dari budaya partai politik di Indonesia. Dalam kondisi perpolitikan normal, politisi cenderung mendukung kebijakan yang disetujui oleh partai politiknya.
[7] Dukungan ini awalnya berasal dari motivasi untuk mewakili dan memenuhi kepentingan para konstituennya. Namun sebenarnya dukungan tersebut dikarenakan partai politiklah yang membayai kampanye pemilihan umum. Akibatnya, begitu mendapat jabatan, politisi mengandalkan ikatan partai untuk memperoleh sekutu politik sehingga memperbaiki peluang untuk meloloskan rancangan undang-undang yang menyenangkan hati para konstituen, kelompok kepentingan penyumbang dana kampanye, dan partai politik. Selanjutnya, keinginan para politisi adalah dapat terpilih kembali dalam pemilihan umum sehingga bisa menikmati keuntungan dari kedudukannya.

Parlemen menjadi tempat yang paling subur tumbuhnya korupsi karena hampir pada semua kewenangan parlemen, baik pada konteks pengawasan, penganggaran, maupun legislasi, rawan praktik korupsi. Partai politik memberikan sumbangan yang signifikan terhadap menjamurnya kasus korupsi di parlemen. Hal tersebut disebabkan karena, pertama, mekanisme perekrutan di internal partai politik melahirkan anggota DPR berorientasi uang.[8] Proses rekrutmen di partai politik yang melalui prosedur biaya tinggi tersebut merupakan pintu awal praktik korupsi. Implikasinya adalah kader politik yang potensial dan memiliki integritas tinggi namun tidak memiliki cukup dana untuk mencalonkan diri sebagai anggota parlemen, sangat kecil kemungkinan mendapat tempat. Sebaliknya, kader yang buruk integritasnya, namun memiliki akses luas terhadap uang dan elite partai, akan menjadi calon kuat. Sehingga dalam hal ini loyalitas antara partai politik dan kadernya diikat oleh uang.

Kedua, mahalnya biaya politik. Bagi politisi yang kemudian menjadi pejabat publik dan menguasai sumber daya ekonomi, pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengembalikan investasi politik yang telah dikeluarkan untuk menjadi pejabat publik. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan sumber daya publik yang dikuasai untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan.[9] Maka, di sini korupsi menjadi mata rantai yang sulit diputus karena sudah dimulai sejak ranah partai politik.

Pendanaan Partai Politik

Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Partai Politik menyatakan bahwa sumbangan bagi partai politik dapat berasal dari anggota, perseorangan bukan anggota (paling banyak senilai 1 milyar rupiah), serta perusahaan dan/atau badan usaha (paling banyak senilai 4 milyar rupiah).
[10] Ketentuan ini menjelaskan bahwa partai politik membutuhkan dana, dan sebagian besar dana diperoleh dari sumbangan. Selain itu partai politik juga mendapat subsidi langsung negara dan subsidi tidak lansung negara.[11]

Karena dalam UU Partai Politik, partai dilarang membuat usaha, sehingga dana sebagian besar diperoleh dari sumbangan-sumbangan. Dana partai politik salah satunya digunakan untuk kampanye. Penyumbang dana kampanye ini sebagian besar dari kelompok kepentingan, terutama komunitas bisnis besar.[12] Kecenderungan umum adalah semakin besar kemampuan kandidat dalam membiayai kampanye, semakin besar memangkan pemilihan. Karena itu para kandidat dalam pemilu seringkali mendukung pembuatan peraturan yang sesuai dengan kepentingan kelompok-kelompok bisnis tersebut.

Dalam transaksi pemberian sumbangan tersebut tentunya ada motif timbal balik kepentingan antara partai politik dan penyumbang. Diantara motif timbal balik kepentingan tersebut, dapat dipahami setelah mengetahui maksud partai politik dalam memperjuangkan kepentingan anggotanya. Diantaranya adalah,[13] pertama; kepentingan anggota juga merupakan kepentingan kolektif partai. Jika kepentingan anggota berhasil diperjuangkan berarti sama dengan keberhasilan memperjuangkan partai. Kedua; dengan keberhasilan tersebut, maka visi, misi, dan program partai politik dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan aktifitasnya. Ketiga; setelah visi, misi, dan program partai politik dipergunakan oleh pemerintah, maka keuntungan finansial bagi partai, akan mengalir deras ke organisasi partai dan elit-elitnya.

Penutup
Terdapat korelasi positif antara praktik korupsi dan tingginya biaya politik di Indonesia. Sistem perekrutan internal partai politik untuk menjadi angota parlemen, misalnya, akan mempersilakan kandidat dengan dukungan finansial yang kuat. Implikasinya, ketika menduduki jabatan politik, mereka akan berusaha mengembalikan investasi politik yang dikeluarkan untuk menjadi pejabat publik tersebut, tentunya dengan menggunakan sumber daya publik yang dikuasai.

Partai politik seolah juga mendukung terjadinya korupsi karena menikmati sumbangan dana dari para elit politik. Dukungan partai politik tersebut dengan asumsi bahwa kepentingan anggota partai merupakan kepentingan kolektif partai, sehingga jika kepentingan anggota berhasil diperjuangkan, maka kepentingan partai pun akan berhasil diperjuangkan, termasuk keuntungan finansial pun berhasil didapatkan.

Dalam buku ‘Corruption and Government Causes, Consequences, and Reform’, karya Susan Rose-Ackermen disebutkan bahwa ada tiga dimensi pokok yang menetukan timbulnya kasus korupsi.[14] Pertama, kesedian politisi menerima suap dan sumbangan kampanye yang ilegal. Kedua, kesanggupan penyumbang dana untuk terlibat dalam praktik tersebut seolah dilegalkan. Ketiga, stabilitas sementara dari aliansi politik. Kestabilan tersebut mendorong politisi dan kelompok kepentingan kaya untuk memperoleh kepentingan pribadi dalam waktu singkat.

Di Indonesia, kasus korupsi merupakan lingkaran setan yang sulit dihentikan. Selain telah membudaya dan melembaga, kasus korupsi telah menjadi mental para elit politik karena mereka telah menikmati simbiosis mutualisme yang terjalin antarkelompok yang berkepentingan, sehingga siklus supply dan demand terus berkelanjutan. Terungkapnya kasus korupsi yang melibatkan beberapa nama dari partai politik hanya merupakan fenomena pucnak gunung es, sementara praktik terselubung masih banyak terjadi.

[1] Rais, M. Amin. 1999. Kata Pengantar dalam ‘Menyingkap Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Indonesia’. Yogyakarta: BPP PP Muhammadiyah
[2] Kompas, 8 Juli 2008, Gunung Es Korupsi di Parlemen, diunduh dari http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=12898, diakses pada 12 Januari 2009.

[3] Metzner, Marcus. 2007. Party Financing in Post-Soeharto Indonesia: Between State Subsidies and Political Corruption
[4] Ibid
[5] Hopkin, Jonathan. 2004. The Problem with Party Finance: Theoretical Perspectives on the Funding of Political Parties
[6] Mas’oed, Mohtar. 1999. Negara, Bisnis, dan KKN; Sebuah Fenomena Perburuan Rente. Yogyakarta: Aditya Media
[7] Ibid
[8] Kompas, 8 Juli 2008, Gunung Es Korupsi di Parlemen, diunduh dari http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=12898, diakses pada 12 Januari 2009.

[9] Kompas, 8 Juli 2008, Gunung Es Korupsi di Parlemen, diunduh dari http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=12898, diakses pada 12 Januari 2009.
[10] Handoyo, B. Hestu Cipto, 17 Juli 2008. Modus Operandi Korupsi di Parlemen, diunduh dari http://www.mediabersama.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1983:modus-operandi-korupsi-anggota-parlemen&catid=932:pandangan&Itemid=110, diakses pada 12 Januari 2009.
[11] Metzner, Marcus. 2007. Party Financing in Post-Soeharto Indonesia: Between State Subsidies and Political Corruption.
[12] Mas’oed, Mohtar. 1999. Negara, Bisnis, dan KKN; Sebuah Fenomena Perburuan Rente. Yogyakarta: Adiya Media
[13] Op.cit
[14] Rose Ackerman. 2000. Corruption and Government Causes, Consequences, and Reform.Cambridge: Cambridge University Press
**Paper kuliah Kekuatan Politik Indonesia, Januari 2009

Monday, May 3, 2010

tension

the picure is taken from here

what happen if all urgent? what happen if there is no excitement? what happen if all tension seems on your burden? what happened if you have less-time? what happen if you desire the best but lack of resources?

what i wanted to do right now : just shouting out loud. (although it's impossible). So, God i rely and count so much on you.

please mercy on me God,

Sunday, May 2, 2010

Boredom


boredom attack. sick and tired of writing words. so, this was a brief escape. sorry for over-narcism. thank you for kind attention.

boredom regards,

Saturday, May 1, 2010

Jeda

Jeda..
Jeritan dalam dada
Jelaskan pada dya
apa arti, ambigu jeda.
prasangka? atau
khayal saja.

Berikan jeda..
pada kedipan dan hembusan,
untuk meresapkan keheningan
dan melembutkan kekakuan

Diantara kata-kata
kalimat dramatis, romantis
ada jeda, diantara titik, koma, tanda tanya,
Ada jeda, dalam irama, dan sesak alenia
Antara rima puisi yang berselingan,
jeda, memberikan makna
bahwa diantara jeda, aku ada

Ada jeda.
pada pandangan,
Dua mata menemukan jeda
mengartikan tanda tanya,

Hanya jeda,
yang mampu merekam
Pandangan yang mengujam,
dan belum terhapuskan

Jeda itu ada.

Ada jeda dalam lamunan.
Yang merindukan kepemilikan
Pandangan yang menghujam jeda itu memabukkan.

Ambigu jeda aku mabuk kata.
Hanya jeda yang bisa mengartikan.
Jeda ada dalam dada
Dalam dada ada jeda.

Salam jeda, _Kf_