13 Ramadhan 1435 H- Yogyakarta.
Semakin bertambah usia, hendaknya manusia semakin bijaksana dalam menyikapi persoalan, kehidupan, dan perbedaan. Idealnya memang seperti itu. Namun, kadangkala tidak semudah itu ketika dihadapkan dalam berbagai kompleksitas hidup. Manusia seringkali lupa bahwa hidup adalah proses untuk terus berjuang, terus bersyukur, dan terus belajar dalam menyikapi persoalan dengan lebih bijaksana.
Ujian untuk menjadi bijaksana seringkali berasal dari usia itu sendiri. Usia kadang menjadi alarm, yang sangat mengganggu kenyamanan tetapi sangat kita perlukan sebagai pengingat hendak ke mana dan harus apa. Pertambahan usia memang sesuatu yang sangat niscaya, dan refleksi dari bulir-bulir waktu yang kita habiskan dan keputusan-keputusan yang kita buat.
Ketika hidup bermasyarakat, usia seringkali menjadi ironi dan tidak mencerminkan kedewasaan. Namun, masyarakatlah yang menjustifikasi manusia tertentu untuk tunduk pada budaya yang telah disepakati. Stigma akan melekat pada manusia yang menyimpang dari kebudayaan atau kebiasaan yang telah berabad dianut. Di situlah ujian berasal terutama ketika kemampuan manusia terbatas dalam menyikapi reaksi dan respon dari perbedaan.
Usia akan menguji kesabaran dan kebijaksanaan, terutama ketika dibenturkan dengan tekanan-tekanan dari dalam dan luar. Pilihan menjadi bijaksana seringkali diganggu dan dibelenggu oleh keinginan-keinginan muluk nan ideal yang ada dalam imagi manusia. Banyak keinginan dan kemauan yang justru merusak pikiran jernih kita.
Usia juga menjadi faktor dan alasan dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup. Semoga apapun keputusan itu tetap didasarkan pada akal jernih dan kebijaksanaan, bukan hanya karena kepasrahan dan keputus-asaan.
Janganlah kita dibelenggu usia, tetapi jadikan usia sebagai pengingat ke arah yang lebih baik!
No comments:
Post a Comment