sumber: here |
Hey, kita dianjurkan menjaga hati, namun kita sendiri yang sering menyakiti, bukan orang lain. Kalaupun orang lain telah menyakiti, semua respon tergantung pada kita. Kita yang cerdas dan bijaksanalah yang bisa meraba hati kita dan menentukan sikap mana yang lebih ramah kepada hati. Hey, bagaimana menjaga hati? Ingatlah bahwa hati sangat rawan, berhati-hatilah, mendekatlah kepada kebaikan dan kebenaran. Isilah dengan kekayaan batin yang bisa menentramkan dan membahagiakan. Jangan sebaliknya. Manusia diciptakan dengan sikap kepasrahan, dan ketundukan yang luar biasa sebagai wujud jiwa besar dalam sikap kehambaannya. Bahwa, manusia yang sempurna adalah jauh dari kesempurnaan. Maka mintalah dengan kerendahan hati kepada yang Maha Sempurna.
Hey, kita dianjurkan menjaga hati, namun seringkari mengingkari. Bahkan, kita tidak menjaga indera-indera yang lain. Istighfar terhadap semua yang mengotori. Takut menjadi semakin munafik, bahwa kita semakin mengingkari bahwa kita telah terkotori. Lebih takut lagi, menjadi orang yang fasik, yang lupa akan eksistensi-Nya, dan enteng membuat noda-noda kecil (lagi). Namun, Sang Maha Pemaaf bisa melihat ikhtiar dan tawakal hambanya yang ingin memperbaiki diri. Andaipun, kita bersujud memohon maaf sampai lunglai, belum tentu bisa membersihkan. Namun tidak bersujud lebih-lebih wujud kepongahan diri.
Ampuni, ampuni, ampuni..
Sayangi, dan jauhkan dari kesesatan ya Rabb.
Refleksi subuh hari. (*Ketika sedang sadar dan ingin menyadarkan diri)
Salam Kf.
No comments:
Post a Comment