Maaf.
Empat huruf yang sederhana tapi berwibawa. Nilainya sangat tinggi. Dihargai dan dielu-elukan, walaupun efeknya menyakitkan. Tapi selalu timbul kelegaan setelah mengucapkan, apalagi berpartisipasi aktif dalam melakukann.
Harusnya empat huruf itu tidak seterlambat ini untuk disampaikan. Memang, banyak orang berkata tidak ada kata terlambat untuk suatu niat baik. Namun tidak semudah itu dalam mempraktikkannya. Perlu suatu nyali dan lebih banyak lagi hati nurani. Demi sebuah keamanan dan kenyamanan, aku kehilangan itu semua bahkan cadangannya pun tak ada. Tiada yang tersisa. Tiada nyali, apalagi hati nurani.
Jahat.
Ya memang aku jahat sekali. Aku sendiri merasa tidak mengenali diri ini. Mengapa tega sekejam ini. Tapi sekali lagi aku minta maaf. Jikalau kau bilang aku pengecut. Aku mengiyakan. Jikalau kau bilang aku tak punya perasaan, aku tiada menyalahkan. Maaf. Sekali lagi maaf.
Perasaan.
Aku tidak punya perasaan. Barangkali itu cukup menggambarkan, barangkali itu sangat beralasan. Jikalau kau ingin melampiaskan kekesalan. Jangan ditahan. Aku memohon dengan sangat dan hormat, bahwa kau sangat mengagumkan dan hebat. Kau harus melesat, ke puncak tertinggi harapan dan keinginan. Dimana aku? Tenanglah, aku juga tidak akan tinggal diam. Setidaknya kita akan sama-sama bergerak. Walaupun di jalur yang berbeda, di lintasan yang berbeda. Namun semangat kita masih sama. Itu yang kutahu dulu.
Maaf. Maaf sekali lagi.
Untuk semua waktu yang terbuang. Untuk semua kenangan yang menyenangkan. Untuk penantian yang tidak mengenakkan. Untuk kekeluanku yang kaku. Untuk segala yang tidak menentu dan perasaan kecewa yang menyelimuti. Aku harap kamu bisa memahami walau tanpa pernah ada kata.Kuharap keluku menjawabmu.
Aku minta maaf untuk itu.
Aku belum mampu, aku belum mau.
Maaf adalah jawabku.
PS: gambar dari sini
No comments:
Post a Comment