Gosh. Damn. Shit. ( Astaghfirullaaah, sabaaar Kii)
Saya capek dan penat dengan 'benang ruwet' ini. Mekanisme yang 'mematikan' dan tidak efektif. Sistem (top-down) sangat mengungkung dan membatasi ruang gerak, bahkan membuat saya 'mati gaya'. Tapi apalah daya, saya tidak bisa berkutik. Yang mempunyai kekuasaan, yang berwenang memutuskan. "Tapi saya juga terlibat,"saya memrotes dalam hati. "Saya yang mengawal prosesnya. Saya juga yang menjalin hubungan baik dengan mereka. Jadi, saya lebih tahu detailnya. " Lebih lanjut hanya bisa menggaungkan ini dalam otak, hati, serta tulisan ini.
Kalau begini terus, saya agak pesimis dengan ambisi besar yang selalu digembar-gemborkan. Toh, apalah gunanya gembar-gembor, kalau kita tidak menyadari kesalahan dalam diri kita. Kadang, saya merasa ingin merombak sistem yang ada. Bersama yang lain, saya mencoba menyuarakan ini. Tapi saya belum mempunyai cukup kekuatan untuk merenovasi benteng sistem yang ada. Benteng ini terlalu besar untuk dirombak. Celakanya, saya juga menjadi elemen penyokong ('cakar ayam') struktur benteng ini. Terlalu riskan untuk dirobak, namun tidak cukup kuat untuk menghempas tsunami kompetisi kancah 'interlokal'.
Saya tidak mau mencolek hidung tertuduh. Namun, dalam hati, saya menyalahkan satu primus interpares ini. Saya ingin semua ditangani secara cepat, tepat, serius, efektif, teliti, dan memuaskan. Saya mendambakkan kinerja yang profesional, integratif, sinergis, dan kontributif. Seperti yang selalu di-hymne-kan. Tapi, entah mengapa saya melihat prospeknya masih buram, dan berjalan agak tersendat. Indonesia masih belajar bertatih. Padahal negara-negara lain sudah berlari kencang.
Saya kebetulan kemarin bertandang ke kandang Gajah Putih. Di atas kita, tidak jauh. Saya pun melihat, mengalami, kemudian membandingkan. Dan dengan berat hati, saya harus mengakui bahwa kita masih ketinggalan. Jangan pernah meremehkan, teman kita di atas itu. Mereka terlihat profesional, tertata dan 'rapi' dalam bermain. Yang paling saya salut adalah mereka selalu gesit dan memberikan service optimal.
Hari ini pun saya sudah mengerahkan segala daya upaya. Tanggung jawab terhadap amanat yang saya emban sudah saya usahakan berulang kali. Saya sangat menyayangkan dengan sungguh kepalang. Sudah seringkali. Kecewa dan emosi. Dua sifat yang tidak saya sukai-menguasai cuaca hati siang sampai sore ini. Yang membuat saya kecewa sekaligus emosi, adalah hal ini berkaitan dengan kesempatan-yang sangat didamba dan dicari-cari banyak jiwa, apalagi ada tawaran yang menggiurkan. Kedua, citra kinerja institusi akan dipertanyakan lagi.
Untung, panggilan Tuhan menggertak nurani terdalam. Yang paling saya syukuri, Tuhan selalu terbuka untuk mereka yang mendekat dan memerlukan pelukan eratnya. Saya ingin damai dipeluk erat-Nya malam ini. Dahsyat, percikan air kran terasa begitu menyegarkan. Saya kemudian menghadap untuk laporan. Barisan rapat jamaah malam ini begitu menguatkan. Bahwa saya tidak sendiri. Bahwa masih banyak yang harus saya syukuri. Dan sudahlah, jangan ada keluh di hati. Semua harus dihadapi dengan besar hati.
Salam capek (hati) hari ini, _Kf_
** Tulisan di atas sebagian besar dikuasai oleh emosi.
2 comments:
kiki...halus tapi keras. diam tapi berteriak. sabar nduk...
mbak icha.. keras tapi halus..berteriak tapi diam..haha..
injiiihh, mbak. tidak ada pilihan lain! nuhuun :D
Post a Comment