Halo hidup, terima kasih cinta,
Apa yang spesial di tanggal 17 Februari 2011? Nampaknya biasa saja, aku masih bernafas, bahagia, tertawa, bersedih, dan kecewa. Kecuali banyak sekali yang memberiku perhatian. Terimakasih Tuhan telah mempercayakan nyawa hidup untuk kunikmati dan akan kupertanggungjawabkan nantinya. Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, atas izin Allah aku terlahir di bumi, dititipkan melalui rahim ibuku, atas jasa bapakku.
Di hari lahir ini, aku sangat bersyukur nafas ini masih kuhembuskan, jantung ini masih berdetak, dan oleh karenanya darah ini masih mengaliri pori-pori tubuhku. Dua hari sebelum hari ini, aku mendapat kado manis dari teman Papua New Guinea yang kuliah di Australia, kartu ucapan dan bilum (tas khas PNG). Malam sebelumnya, 16 Februari, aku bersama sekawanan teman kos dan ibu kos menghabiskan waktu bernyanyi, berteriak, berjoget, dan meluapkan segala rasa dalam lagu di Inul Vista. Setelahnya, kami ditraktir ibu kos makan zuppa soup yang lezat. Melewati larut malam aku mendapat sederat ucapan selamat dan doa-doa indah dari teman-teman dari berbagai negara.
Matakupun terpejam dengan perasaan puas dan bahagia. Jam3 malam dini hari di tanggal 17, aku terbangun, kulihat rentetan SMS di HP ku antusias menyelamatiku. Ada perasaan menyesak sedikit di dada. Mengapa? Entah. Mungkin, karena meningat betapa jarangnya aku bersyukur akan nikmat hidup dan hembusan nafas ini. Oleh karenanya, pertama kali yang kulakukan adalah mengambil nafas sedalam-dalam dan sebanyak-banyaknya. Kemudian kurasaan betapa Maha Pemurahnya Allah. Selanjutnya, aku bersyukur melalui sujud-sujud dalam tahajud, hajat, dan taubat-ku. Semoga aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dalam segala hal. Amieeen :)
Ya Allah, terimakasih atas nikmat tak terkira dalam hidup ini. Aku pasti lemah tanpa kasih sayang-Mu :)
Salam,
Kiki Fauzia
2 comments:
hay,., sorry sbgian qu baca, catatan kmu., qu salut ma crita yang da diblog kmu., "good job".,.
"salm knl",.
halo wahyu,
terimakasih telah mampir dan membaca.semoga bermanfaat.
salam kenal juga.
kiki
Post a Comment