Wednesday, June 8, 2011

Devils--Overrated

These two days I heard and experienced quite often the phrase "The devils is in the details". Yeah, the small things could carry a huge impact as a whole, and we should start paying attention more on those details. It will be very challenging and tricky. So, don't underestimate those that might be considered as a small or invisible. It sometimes is very significance element.

Talking about devils. I was very concerned about my chaotic heart. Yeah, there are things that might be very difficult to accept, things that we can't understand, things that doesn't fit with our understanding, things that hard to believe, things that shock, sadden, and disappoint us, but believe me that you should forgive yourself and others, if the condition happens. Why? because as long as we didn't do bad for others, and stay in the right line, nothing can really matters. All the condition doesn't remain eternal, only permanent. It could be very conditional and very personal. So, try to do your best to maintain your chaotic-heart.

Regarding my previous entry about appreciate listening, today I also examined the skill, and it is not easy. Most times listening patiently required the similar interest and the understanding that other people needs to be respected. If you don't have those two, you may still be able to pretend like you do, but it will be difficult, and you will surely lose the essence of existence. The situation today also taught me that you can't merely value person from their resume or CV, you gotta meet him/her, have an eye-contact, exchange words, and let the person show off what he/she's always being proud off.

Today, I am thankful that I am still healthy. God, I need You to be nearer. I hope I will reach You back as soon as possible.

Tuesday, June 7, 2011

Apreciate Listening

Appreciation.
Early this morning before starting the day, I read an inspiring article about "appreciation". It gave me spirit to start act that way. The article suggested that appreciation is a key to make our life more enjoyable and passionate. So by do appreciate things in our life we can produce an ultimate spirit, and increase our engagement into different things in life. How powerful it is! But how was it? Is that easy? As the day goes by, the answer is not as easy as I thought would be.

So, did I appreciate my day, people I meet, my work I have done today?
Woahhh, that would be such a reflective question. But, yeah, that's not as easy as I thought. To appreciate people or thing genuinely, we have to acknowledge and reduce the what is called selfishness, egoism, stubbornness, and many negative thoughts that might come across our mind.

What I learned today is about aspect of appreciation which are to be patient and listen more. Please, let other finished their sentences first and have more time for us to listen. Yeah, listen them patiently! Don't interrupt if they are not done yet! Your patience will be worth. Appreciation to people can be done by listening them patiently. Yeah, I am still learning, and it will be worth-learning.

Let's listen others more,

Kiki

Monday, June 6, 2011

Scavanger Hunt

What I feel now...

I miss me time, a private time, only me with Mr. S.
I miss my host family...
I miss my miles away host town..
I miss my foreign old friends..
I miss the excitement of learning new culture...
I miss the adjustment cycle...
I miss the jet-lag feeling..
I miss being a stranger in a new place...

Hey come on myself, why not enjoying each moment I have now, feeling it deeply, because at some other times I probably will miss it..

Sunday, June 5, 2011

Mendengar Alam

Drini Beach, South Mountain Jogja - June 3rd, 2011

Thanks a whole a lot to friend who rode me there.
We went to Sundak and Drini Beach.
The pic above is one of my fav pic taken on the up hill right behind Drini beach.
It was the perfect spot when I could listen to the nature.
Listen to the sounds of the waves.
Listen to the blows of the winds.
Listen to the rhyme of the sea.
Listen to what God has spoken to me beautifully.
It was there. Very obvious.

Thanks God! You are the Beauty!

Saturday, June 4, 2011

Hati Matahari



Awalnya, kami kehabisan tiket karena membeli tiket beberapa jam sebelum konser dimulai. Semua tiket terjual habis, dari tiket festival, VIP, bahkan VVIP. Kemudian berbekal kenalan di 'Progress Manajemen', saya menghubungi beliau dan menceritakan kondisi di lapangan. Alhamdulillah kami mendapatkan kursi tambahan. Terima kasih Mas Helmi atas bantuannya. Terima kasih luar biasa kepada teman saya yang rela antri, sabar menanti, dan menemani sampai akhir konser. Walaupun sempat kecewa karena Cak Nun dan Noe Letto tidak tampil, tapi overall konser sangat spektakuler, menyenangkan, hangat, dan menghibur.

31 Maret 2011, Taman Budaya Yogyakarta

Novia Kolopaking kembali menyapa masyarakat Jogja dan sekitarnya dengan senandung sapa yang telah lama dirindukan. Silaturahmi, dia menyebut konser dengan tajuk 'Hati Matahari' malam itu sebagai suatu persembahan untuk keluarganya, terutama masyarakat Jogja. Jogja adalah tempat yang dipilihnya untuk tumbuh, belajar, berkarya, dan mengabdi untuk 'sesuatu' yang sifatnya lebih transendental. Sejak tahun 1997, Novia meninggalkan Jakarta dengan segala atributnya. Sejak saat itu, dia mengaku tidak pernah berhenti berkarya, bahkan mengenal komunitas baru yang membawanya ke dalam dimensi baru, tetapi tetap bernyanyi, berkarya seni, dan menyelami pengalaman yang lain lagi. Bersama Kiai Kanjeng, diplomasi kebudayaan melalui konser musik ke berbagai benua berhasil dilakukan. Letto, baginya adalah anak yang lahir dan tumbuh dalam keluarganya, serta sejiwa dalam berkarya. Matarantai, dia mengumpamakan adalah anak bungsunya, yang baru saja lahir dan akan terus tumbuh dan berkembang.

Konser malam itu adalah kolaborasi apik, antara vokal Novia Kolopaking, aransemen musik Letto dan orkesta Mata rantai, serta musik gamelan Kiai Kanjeng. Dinamika nada dan irama yang menciptakan harmonisasi dan ritme yang syahdu dan memukau. Lagu-lagu yang dipilih malam itu adalah kombinasi antara lagu nostalgia, masa kini, rohani, dan karya-karya seniman handal Jogja dan seniman asing. Penontan dibawa bersenandung bersama dalam lagu-lagu lama seperti Bunga Mawar, Asmara, dan yang tak kalah populer soundtrack 'Keluarga Cemara' karya Arswendo, yang di-aransemen gabungan dengan lagu 'Tho'la'al Badru'. Ada juga satu lagu kesukaan saya,
Sandaran Hati, dan beberapa lagu lainnya. Meskipun mengaku sempat kehabisan nafas dan tidak hafal lirik lagu, Novia tetap menampilkan performa terbaiknya. Saya salut ketika dengan rendah hati dia meminta maaf atas segala keterbatasan tersebut dan mengharapkan pengertian penonton. Termasuk, ketika konser akan dimulai Novia yang masuk melalui koridor kursi penonton, menyalami satu persatu penonton di sekelilingnya. Sesampainya di panggung, dia pun meminta izin mencopot high-heels-nya dan memilih tidak memakai alas kaki karena lebih nyaman dan membuatnya lega. Haha.

Novia tergolong sangat komunikatif dengan penonton. Sesekali memberikan pendapatnya mengenai suatu isu tanpa ada kesan menggurui namun sangat bijak dan cerdas. Mungkin karena telah terbiasa dengan berbagai dialog dan diskusi yang dipandu Cak Nun dengan berbagai kalangan, sehingga dia lebih objektif dan kritis dalam berpendapat. Novia nampaknya juga telah belajar bagaimana caranya memberikan sentuhan humor dalam setiap kata-katanya. Yang menarik, termasuk pengakuannya ketika menjadi ibu rumah tangga adalah jauh lebih 'mudah' dan menyenangkan daripada menyanyi. Dia juga menyayangkan berbagai media yang seringkali memfitnah suaminya yang dianggap menyuruhnya berhenti berkarir dan bernyanyi. Padahal, justru suaminya lah yang paling mendukung agar Novia bernyanyi terus, termasuk menggelar konser malam itu.

Saya yang malam itu hadir di antara ratusan penonton yang memadati Gedung Konser Taman Budaya merasakan atmosfer kekeluargaan yang kental; hangat dan menyenangkan. Ada semangat pengabdian besar yang selalu diingatkan dalam setiap lagu untuk tetap setia pada Ilahi, dan menapaki kehidupan sesuai dengan jalan-Nya. Seusai konser saya merasa mendapat penyegaran dan energi baru. Bahwa salah satunya, keluarga adalah harta yang paling berharga, puisi yang paling bermakna, istana yang paling indah, serta mutiara tiada tara (menyadur dari Keluarga Cemara). Keluarga kandung dalah anugerah terindah yang Allah titipkan dalam kehidupan kita. Dan dalam lingkup yang lebih luas, semangat kekeluargaan inilah yang harus selalu kita pupuk, agar kita merasakan yang namanya solidaritas, simpati-empati, dan penerimaan. Tentunya, dalam kadar yang proporsional.

Hal lain yang saya pelajari, di antaranya hidayah adalah keberuntungan terbesar yang Allah berikan kepada hambanya. Tiada yang mampu memprediksi, bagaimana kita mengawali akan sejalan dengan apa yang akan kita kerjakan nantinya. Bahagia dengan pilihan yang kita ambil serta menjalaninya dengan tanggung jawab dan kebahagiaan adalah suatu kenikmatan hidup. Berdoalah supaya kita selalu dipertemukan dengan orang atau kelompok yang bisa membuka kepekaan hati dan pikiran kita untuk menjadi insan lebih baik, tanpa harus menjadi orang lain. Hahaha. Yang jelas, saya datang tidak sia-sia. Pulang dengan tidak hanya terhibur tetapi perasaan yang lebih kaya.

Saya menunggu konser Kiai Kanjeng dan Letto, yang dijanjikan akan segera datang. Let's stay tune!

Yang juga menyayangi Jogja dan keluarga,

Kiki Fauzia