Tuesday, December 6, 2011

Elegi Kekecewaan


Di antara salah satu kondisi yang tidak mengenakkan adalah kekecewaan. Kecewa adalah titik temu antara pengharapan atau angan-angan, yang tidak kongruen dengan kenyataan.  Hampir semua orang pernah merasa kecewa terhadap aspek apa pun dalam kehidupan ini. Bahkan, sadar atau tidak pasti setiap orang pernah mengecewakan orang lain. Minggu lalu, ada beberapa orang yang mengalami perasaan itu. Salah seorang teman juga bercerita bahwa dia sangat kecewa  dengan kondisi (oknum x) di institusi  y, sehingga memutuskan untuk ‘move on’ dan memulai meniti harapan-harapan baru di jalan yang lain. Ternyata, setelah  saya flash back, banyak sekali pihak yang telah dikecewakan oleh faktor dan oknum yang sama. Mungkin saya juga bagian dari mereka. 

Kecewa yang mengendap terlalu lama tidak baik untuk kesehatan dan juga kecantikan. Hehe. Oleh karena itu, saya mencoba mengurai pengalaman merasai kecewa.  Ada asap, pasti ada api. Kecewa biasanya timbul dari kondisi atau hubungan yang tidak sehat. Karena tidak mungkin suatu relasi yang baik dan sehat akan menmbulkan perasaan kecewa dari salah satu pihak-pihak terkait. Kondisi atau relasi yang tidak sehat bisa juga diartikan sebagai ketidakadilan, kurangnya komunikasi, kekurangbersyukuran, kurang sinergis, dan lain-lain. Kecewa yang paling tragis dan tidak mengenakkan adalah ketika tidak mampu meluapkan atau mengungapkan rasa tersebut kepada pihak yang mengecewakan. Saya akan mengambil contoh, misalnya saya sangat  kecewa terhadap  sikap pemimpin yang  tidak adil, egois, pragmatis,  dan ‘politis’. Tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa, karena perbedaan hierarki kekuasaan dan karena pemimpin memiliki kekuasaan relatif yang lebih benar. 

Maka, bersyukurlah ketika kita masih bisa mengutarakan rasa kecewa  dengan jujur kepada pihak yang telah mengecewakan. Setidaknya kita telah jujur pada diri sendiri dan orang lain serta berusaha mengubah keadaan agar kita merasa lebih ‘plonk’. Perubahan keadaan, terutama hubungan antara beberapa pihak yang terkait, bisa mengarah ke dua kemungkinan, yatu lebih buruk atau lebih baik. Semua tergantung bagaimana cara menyikapi dan mengomunikasikan persoalan tersebut.

Perasaan kecewa sungguh tidak mengenakkan, baik bagi pihak yang membuat kecewa atau pihak yang mengecewakan.  Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dicoba untuk mengeliminasi sakit atau tidak enaknya rasa kecewa:
1.       Tidak memendam rasa kecewa yang berlarut-larut.
2.       Menyalahkan dan mendendam adalah perbuatan yang sangat sia-sia dan tidak berguna. Lebih produktif jika kita introspeksi.
3.       Meminta maaf dan memberi maaf akan lebih melegakan, walaupun sulit.
4.       Lebih mendekatkan diri kepada Sang Pemberi Rasa. Memohon agar selalu didekatkan dan dilindungi sehingga kita bisa ikhlas dan berpikir bahwa kecewa adalah perasaan yang sementara
5.       Mendengarkan musik yang mendamaikan dan menyemangati. Jangan yang sedih2.
Misalnya : lagu-lagu religi, tentang kematian, kebesaran Tuhan, lagu tentang mimpi, semangat, kegemberiaan dan keceriaaan, serta berbuat baik kepada sesama.
6.       Membaca Al-Qur’an dan/atau buku-buku  yang menginspirasi.
7.       Keluar ke jalan. Memperhatikan di sekitar secara lebih dekat. Memandangi  erat-erat mereka yang masih kekurangan. Pasti hati kecilmu lupa dengan perasaan kecewa, tetapi lebih banyak bersyukur dan berfkir sia-sia kecewa karena hal yang masih sepele, tetapi akan bertekad menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi sesame.
8.       Menyambung silaturahmi dengan saudara atau teman lama. Mempererat silaturahmi dengan orang-orang yang mendukungmu dan yang bisa menghiburmu.
9.       Gunakan momentum untuk meningkatkan kualitas diri.

Salam,
Kiki Fauzia

Gambar dari sini

No comments: