Thursday, May 31, 2012

Di Ufuk Keniscayaan


Memberikan waktu yang lebih lama pada kesedihan akan semakin memperperih luka. Itulah mengapa manusia memerlukan pengalihan rasa, dan juga semangat untuk move on. 

Rasa pedih datang ketika orang yang senantiasa kita rindukan kehadirannya tidak bisa lagi kita lihat, dengar, dan peluk. Rasanya seperti mimpi, ketika baru kemarin, aku masih memandangnya dengan penuh sayang, kagum, dan rasa haru yang begitu mendalam. Sosok yang selalu menjadi pemompa semangat keluarga, tempat tujuan ketika hari raya dan libur tiba, serta curahan hati dan teladan anak cucunya. Figur yang bersahaja namun selalu memberikan harapan. Dalam doa-doanya, aku merasakan kekuatan sebuah kepercayaan. 

Manusia, sejatinya hanya memiliki kehilangan. Serpihan kehidupan adalah fase pergantian antara kehilangan dan penemuan. Pergi, hilang, kembali, pertemuan, harapan, kesedihan, kegembiraan, perpisahan, kerinduan, hilang, berganti,...  Fase-fase yang selalu berputar dan mengilhami 'keabadian' perubahan.

Dalam khusuknya diam, doa-doa terselip untuk mereka yang telah tulus menyayangi dan ikhlas mendoakan, walau tanpa diketahui.

Angin berhembus perlahan, kemuning senja melintasi batas laut yang mempertegas garis alam. Antara siang dan malam, ada banyak alasan untuk melanjutkan kehidupan.

Friday, May 25, 2012

It's not your stage, darling!

Dibutuhkan lebih banyak kemauan daripada kemampuan untuk komposisi keberhasilan tindakan. Teori memang berkata begitu. Praktiknya, kemampuan sangat-sangatlah penting. Kemampuan, yang lahir dari bakat atau ditempa melalui kebiasaan atau latihan, sangat penting untuk kepuasan pribadi dan juga pergaulan sosial. Faktanya, beberapa minggu ini saya merasa jengah, tetapi 'bersyukur' karena ketidak-asertive-an diri telah berhasil menemukan kesadarannya. Penemuan yang terlambat mungkin, yakni kesadaran bahwa I have no talent or particular skill. Sedih ternyata, tidak bisa memiliki bakat yang menyenangkan. Let say,  I can’t sing, even can’t read the lines, nor playing musical instrument. I can't swim nor dance. So, what can I be proud of? That’s a pity. 

At least, I am still proud to be able to enjoy the moment when I feel like stuck in a stiff condition. I should have tried my best, but I don't. My inner thought then comfort me by telling: "That's not your stage, darling"

It is true. My stage is here, when silent and rhyme can be best friend. Almost impossible. But, only those who listen to their inner heart who always find a moment to remember, and to treasure. That is what I called by self-acceptance. Acceptance to self-limitation that never restrain the grateful heart. 

Saturday, May 19, 2012

Just what you are worth

I wept this morning after I received an email that contained  a cute video from someone. Responding to the video, I thank you very much for your effort to resemble our picture and made the meaning of each. It means a lot since we have been through many beautiful moments together. Therefore, I want to underline that you do not need to sorry. I was even confused what you were sorry for, and questioned what that sorry means. Yet, I really appreciate it. On the other hand, I maybe the one who should ask forgiveness since creating a distance without explanation might be hard to be accepted. I think we need a 'pause'.  We have to 'mute' ourselves to be able to listen deeply into our heart. Maybe, we misinterpreted the condition (?). We also need to understand where we derive from and where and what we are heading to.

Please keep in mind, dear : You are free to do things you like. You are welcome to pursue your dreams. Don't ever regret for the path you have chosen. The great life-lesson and wisdom were in line with it. I don't promise anything. I don't ask anything. What I can only do is just praying for you and wishing that God will always  guide and light your way.

I am sure, at this time, when you lose something you will be able to replace it *Finger crossed* This favorite song is for you, to fix you.

e


FIX YOU

When you try your best but you don't succeed
When you get what you want but not what you need
When you feel so tired but you can't sleep
Stuck in reverse

And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Tears stream down your face
When you lose something you cannot replace
Tears stream down your face
And I

Tears stream down your face
I promise you I will learn from my mistakes
Tears stream down your face
And I

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Friday, May 11, 2012

V for 2556 Vesak Victory

 Vesak euphoric tempted me to value its ambiance from my first-hand experience. At first, my sane excitement trapped me to the absence of critical sight. We departed from Yogya around 5 p.m.  accompanied by a dramatic traffic jam and grey sky that effortlessly poured such melancholic rain. Then, it turned to a magical switch when gold moon appeared in a distant. The blue night light illuminated  and dazzled the mob. 

I could say that it's a priceless experience, although a bit overrated. As a local tourist who aimed to enjoy the celebration and festivities, especially the lantern release, I wouldn't expect more than the harmony of the night. People from all different backgrounds united in one joyous moment. I may wrong for saying so, since the initial purpose has transformed to an artificial celebration. I also sorry for the visitors who are not sensible enough that the Buddhist pilgrimage is not merely an object, but the subject of an event. It's also pathetic to smell the commercialization of such a sacred occasion.

Let the captured picture itself tell the vivid stories beyond words.






Lantern flied high to the sky. 
Those are the hope and wishes that stay bright and up high. They glow in the dark and shine inside everybody's heart. After all, in the name of faith, we share many similarities. 

Borobudur Temple, Magelang Regency, May 6, 2556 BE

Wednesday, May 9, 2012

Bermain Mengikuti Arah Angin *Barat*

 Alam mampu memberikan ketenangan dan jawaban atas retorika kehidupan, yang sesak oleh tanya dan ragu, serta dipenuhi hura-hura dan haru. Sebagai pecinta alam, atau orang yang ingin mencintai alam secara lebih nyata dan sederhana, menikmati alam merupakan sebuah kepuasan. Di sisi lain, teman, seperti halnya alam, mampu memberikan ketenangan dan jawaban pada zig-zag kehidupan. Kehadiran teman, layaknya candu dan madu yang bisa 'menyenangkan' dan juga mengobati. Kombinasi yang pas, antara alam dan teman menciptakan sensasi bak minum es lemon tea di kala dahaga siang menyerang.

Superb Saturday


Sabtu, 5 Mei 2012. Dengan tujuan bersenang-senang dan bermain bersama teman2, saya menyanggupi ajakan untuk melakukan wisata alam dan kuliner di Jogja. Saya bersama rombongan keluarga besar PCMIJogja, kurang lebih 5 orang, berkumpul di Mas Happy's Agrapana Guest House. Sekitar jam 12 siang mobil berangkat dengan terlebih dulu menjemput Mbak Meta, dan putrinya, Vanya. Rencana awal 'piknik keluarga' hari itu adalah Gudeg Manggar di mBantul, Pantai Kuwaru Kulon Progo, dan hidangan seafood di sekitar pantai. Ternyata, perjalanan hari itu mengalami beberapa peyesuaian dan akhirnya kami berhasil menikmati Seafood Bu Purwo, Pantai Congots di Kulon Progo, Bakso di dekat Kantor Wali Kota, serta Wedang Ronde di samping Sekre Menwa, Bunderan UGM.

Perjalanan yang ditempuh selama berjam-jam terasa menyenangkan karena diselingi guyonan segar yang menghibur, dibingkai eksotisme suasana sudut Jogja yang lain, serta lukisan alam yang indah di sepanjang jalan; sawah, sungai, jembatan, dan landscape yang jarang ditemui di perkotaan Jogja.

Tujuan pertama, Rumah Makan Seafood Bu Purwo yang terletak di Jalan (entah, saya kok lupa). Katanya seh rumah makan ini terkenal. Tapi kami satu-satunya pelanggan yang masuk ke RM. Suasana sangat sepi, seakan-akan rumah tak berpenghuni. Setelah masuk dan berkali-kali kulo nuwun, si empunya rumah, Bapak dan anak laki-lakinya keluar, tapi dengan ekspresi seolah-olah tidak mau melayani pelanggan. Cukup aneh seh. Rumah yang cukup besar itu terletak di tepi jalan raya, dan di depan sungai besar yang alirannya tenang. Awalnya, kami ingin makan lesehan di luar, di tepi sungai untuk menikmati suasana, tetapi ternyata banyak sekali ayam berkeliaran dan rupanya tidak ramah dengan tamu hari itu.

Kami pun tetap masuk dan duduk di dalam RM. Akhirnya keluarlah si Ibu pemilik ataupun koki RM tersebut. Sosok ibu, berusia sekitar 40-an yang cekatan dan punya inisiatif tinggi. Nampaknya pengalaman mengajarkannya untuk melayani tamu dengan gesit dan efisien. Good job, Ibu! :)) Kami memesan kepiting rebus, udang asam manis, dan ikan cakalang. Sedap sekali. Sambalnya pun seger dan enak. Yang jelas, saya sangat lapar saat itu.



Perjalanan berlanjut. Pemandangan semakin indah saja.  Terbentang ladang dan padang rumput yang menghijau, bau laut semakin terasa, dan angin semakin memberontak kencang. Akhirnya kami memilih lokasi yang strategis untuk parkir. Dan, voila, kami berada di Pantai Congots. (Saya heran, namanya kok tidak menarik dan tidak komersil ya. Hehe.) Yang istimewa dari pantai itu adalah pantainya tak berpengunjung, seolah-olah pantai pribadi, kawasannya bersih, dan ombaknya cukup besar.

Setelah cukup lama bermain-main dengan pasir, aneka pose foto, ditemani debur ombak dan semburat langit, kami meninggalkan pantai seketika matahari mulai tenggelam. Sunset tidak terlalu terlihat di sana. Namun petang tiba mengawal kami meninggalkan pantai. Iniliah beberapa pose andalan kami..

Yoga berjamaah di tepi laut

Grup tari Saman dari Aceh
bersama keponakan baru bermain pesawat2an
Rombongan piknik bareng keluarga besar :)
Bersama kakak pertama, kedua, dan ketiga (di belakang)
Saranghaeyo, bersama saudara kembar
Gemericik hujan menemani sepanjang perjalanan pulang. Kami sampai Jogja di kala dini hari tatkala hujan semakin deras mengguyur kota. Sehari yang panjang, hati senang, perut kenyang.


Thursday, May 3, 2012

May**, You may hug me :)

People walked in and walked out through life. Faces, old and new come and fade.
Wheel keep spinning. Clock keep tickling. Sun rises and downs everyday. 
The fact: Life goes on
pic from here



I need huge teddy bear hugs. I wanna give ones to the one. It always feels warming and pleasuring. Realizing the fact that my muscle and blood consume toxic and parasite almost every day, i need a kind of natural healing. For me, smile and hugs is such modest cure.

I breath a soft breeze of goodbye. It's very delicate until I might not realize it. I just accept it because hi and goodbye is just another life phase. However, when I turned around and felt it, my heart said "It is like turnover button. Calm down, baby! - No need to worry about uncertainty." Excuse me. My heart may make a mistake. Uncertainty is the biggest worrisome that kills hope. 

There is a time when I become so sentimental, which mostly I am not, at all.  Since it's depressing to feel the tears for tearing people's dream, I choose to step backward and see what happen next. Withdrawing may be a good decision. We'll see.

A shadow of past romance is a sweet escape. The melody of promises is perfect lullaby in outer space. The figure came in light and said Hi. Once I neglected it in the past. Then, I long for it for a long time.  The lesson I learned : Sincerity is the ultimate treasure. 


Big hugs,

Kiki


** : the 5th month of the year.