Ketika Kelud Menggeliat
Gunung Kelud, salah satu gunung berapi-aktif di Indonesia yang menghasilkan letusan sangat dahsyat tahun ini. Gunung ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang. Setelah kenaikan statusnya ke beberapa level, sampai ke level tertinggi, 'Awas', gunung ini akhirnya meletus dahsyat pada tanggal 13 Februari 2014, sekitar pukul 11 malam. Pengalaman meletusnya gunung Kelud mengiringi perjalanan pulangku ke rumah. Kebutulan tanggal 13 Februari waktu itu aku memutuskan pulang menuju Blitar karena sudah beberapa saat tidak pulang.
Seperti biasanya, setelah dijemput pukul 20.00/21.00 malam, rutinitasku selalu pamit dan minta doa melalui Whatsapp, kemudian merem sepanjang perjalanan Yogya ke Saradan, Madiun. Malam itu kuterbangun di sekitar Madiun dan mendengar percakapan sopir yang terganggu dengan kabut semacam pasir tipis yang menutupi kaca mobil. Lantas, aku melanjutkan tidur lagi. Sesampainya di RM Pagi Sore (Surya) Saradan, aku bangun dan melihat HP-ku ternyata Bapak sudah menelepon berkali-kali. Pak Sopir pun menyindir, "Gimana nih Mbak, gunungnya meletus kok malah tidur aja". Wow, aku baru sadar kalau malam itu Gunung Kelud sudah meletus. Langsung saja kutelpon orang-orang rumah memastikan semua baik-baik saja.
Perjalanan paling parah adalah ketika kami mencapai Kota Kediri. Listrik mati, pasir tebal menutupi badan jalan dan menghalangi laju kendaraan, sementara itu kendaraan berbondong-bondong ingin segera meninggalkan Kediri di tengah gerimis abu yang terus-terusan megguyur Kota. Untungnya di tengah suasana yang mencekam seperti itu semua orang mau bersabar antre di jalan dan tidak anarkis. Aku juge bersyukur sopir travel malam itu handal dan sabar. Walaupun harus berulang kali mengisi air untuk menyeka kaca depan mobil yang terkena abu dan pasir. Serta mengantar beberapa penumpang yang rumahnya sudah tertutup pasir Kelud di Kediri.
Aku mengapresiasi sopir travel yang tepat dalam mengambil keputusan untuk mengikuti sebuah truk di depannya. Ahasil perjalanan mampu dilalui dengan lancar walaupun lajunya tidak kencang, namun menapaki pasti. Surprisingly ketika sampai di Kabupaten Blitar, semua orang melongo, tidak terlihat bekas letusan Gunung Kelud. Terlibah lagi ketika sampai di Kota Blitar, udara bersih dan bahkan seperti hari normal. Dampak letusan Kelud tidak terlalu signifikan terasa di Kota Blitar. Berdasarkan kesaksian orang rumah, kepanikan terjadi beberapa jam setelah Gunung meletus sekitar pukul 23.00 malam. Beberapa kerikil dan pasir tipis juga berjatuhan di rumah setelah gunung meletus, namun tidak masif dan intensitasnya jarang. Dampak tersebut berhasil di sapu keesokan harinya, 14 Februari 2014. Selebihnya, udara segar dan matahari terang bersinar di hari itu.
Menapaki Kelud
Akhirnya, aku menapaki Kelud. Walaupun dari rumah hanya berjarak lebih dari 20km, namun baru kemarin ketika pulang, tepatnya 7 September 2014 aku berkesempatan menginjakkan kaki di sana. Untuk pertama kalinya. Ditemani lima orang, termasuk adik dan teman-teman kantornya, kami berangkat dari rumah naik mobil sekitar pukul 06.00 WIB. Perjalanan ke Gunung Kelud memakan waktu sekitar satu jam.
Di bawah ini beberapa rekam foto penampakan Kelud pasca erupsi dahsyat bulan Februari tahun ini.
Landscape di jembatan sebelum pendakian |
I feel like hiking somewhere else, abroad. Yes, I am in the US. |
Pemandangan nampak dari atas. Terlihat beberapa titik gerombolan orang. Yaitu pos dimana kami turun dari ojek untuk melanjutkan perjalanan ke atas, begitu juga dengan pengunjung yang lain. |
Long way to go, perjalanan total dari turun ojek, sekitar 1,5 km, dengan tanjakan yang mempunyai ketajaman sedang, tidak terlalu curam. |
Landscape Gunung Kelud. Dari kejauhan terlihat seperti orang yang tidur berbaring. |
Cheers, Kf