Showing posts with label family. Show all posts
Showing posts with label family. Show all posts

Tuesday, September 14, 2010

Eid Mubarak 1431 H

Feeling Tranquility in the Pure Days

Ramadan, a month of blessing and forgiveness, had left me with a heap of homework. Major homework for me is how to increase my spiritual quality with God aftermath of Ramadan. The momentum of Ramadan obliged believers to fortify the sense of devotion to The One who embraces our whole-life. If Ramadan is like a battle, then the winner is one who sustain their faith and spirit on the following months after Ramadan. So, I am begging for the Light to guide my way and lead me closer to Him- in the searching of serenity and tranquility.

I spent my third of Ramadan at home. I planned to go home sooner deliberately. At that time, I was struggling to seek the spirit of Ramadan that I had missed since early of the month. I fully realized that home was the right place, and under proper circumstances. At least, there is always someone who watch over me and keep me on the right track. The environment I need the most when I am in the process of healing my soul.

Being home also means that I have to share my duty and responsibility with other member of the family. I learned how to be a good daughter and sister. Oh God, I am still too far from what expected. But, never stop improving myself. Obviously at home makes me happy and comfy. Too much love, laughing, sleeping, eating, and many fun activities with my family. In the end, I should be grateful for everything. I am very fortunate and has nothing to complain. As the result of being home I gained my weight, about 3 kg. After all, God is really is the Most Merciful and
the Most Gracious.

Have a happy and blessed Eid Mubarak 1431 H!
Wish you all the joy and love everywhere :)

Cheers, Kf

Tuesday, August 10, 2010

Birthday Boy


10 Agustus 1990 s.d. 2010

Oh My God, you turn 20 this year!
You are OLD my brother. LoL :)

Hope you have a blessed birthday.
Keep your faith and passions to reach out your dreams.
Be good and be humble.
Semoga menjadi pribadi yang semakin soleh dan tangguh.
Amiien ya Rabb!


Pemaknaan :

Waktu memberikan kesaksian nyata bahwa perubahan adalah keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Mengiringi dua puluh tahun perjalananmu sampai detik ini adalah suatu keajaiban Tuhan yang luar biasa. Perubahan itu nyata dan semoga bergerak ke arah kebaikan yang membaikkan sesama. Masih belum sadar bahwa nominasi angka itu menjustifikasi bahwa perjalanan ini telah panjang, namun perjuanganmu di depan masih lebih panjang lagi. Semangat ! :)

Monday, June 28, 2010

Memoar Tertinggal di Blitar

Finally Home

I was still having dinner with my close friends at my friend’s room, when the driver called. Shocked. It was still an hour earlier than the usual time. So, I finished up my eating hastely, run out downstair to get my room, and asked the driver to wait for a while. I packed up abruptly, and grabbed my sweater before saying good bye to my room, ibu kost, and friends. The driver was squating in front of kost while holding his cell phone. I said sorry for waiting and he answered with such a nice smile. He also said sorry in return for not informing the time he will pick me up.

Seemingly the car looks different in my eyes. Much more better, elegant, and convenient. I occupied myself on seat 4. The seat is very cozy and didn’t make bottom burned out. Yes, it’s a new car, I just realized, convinced by the statement I heard from the driver. The driver also seems unfamiliar since I used to have a ride with that travel, and never met that face. Along the way, I really enjoy the music played in the car, Chrisye songs, which is very easy listening and drowned me to my dream.

And finally I am HOME
3.30 a.m. Aku sangat bahagia akhirya sampai juga di depan rumah. Udara dingin Blitar merasuk hingga ke tulang-tulangku. Tidak menyiksa, namun menyenangkan dan sangat menyegarkan. Sayangnya beberapa smsku belum dijawab oleh orang tua karena maklum jam segitu semua mata masih terlelap dalam nyenyak. Untungnya gerbang rumah terbuka, dan aku berdiri terpaku karena ternyata pintu rumah masih terkuci. Akhirnya, aku memutuskan untuk menelepon rumah. Alhasil, bapak membuka pintu dan mama menyambutku dengan dengan peluk hangat dan tawa ceria.

Beberapa kutipan yang membekas selama beberapa hari di rumah..

”Nduk kesempatan pulang ke rumah seperti ini harus kamu manfaatkan betul, mumpung kamu masih di dekat orang tua dan mudah izinnya, bayangkan nanti jika kamu udah kerja atau di tempat jauh”

”Nduk bapak mau mancing ikan di kolam rumah ini karena kamu pulang. Kalau tidak, siapa coba yang mau repot-repot mancing ikan dan mengolahnya sampai menjadi hidangan yang lezat. Semuanya demi menyenangkan anak”

”Mbak, met seneng2 di rumah yaa. Jangan lupa mama bapak dijaga dan rumahnya dibersihkan”

”Ya, seperti adikmu saja kalo pulang ke rumah bawa AlQuran sendiri, jadi tahu dimana batas mengajinya. Jadikan mengaji sebagai kebutuhan, setiap habis sholat kalo bisa diusahakan. Kalo tidak ya minimal sehari mengaji, yang penting istiqomah, rutin”

Rumah merupakan comfort zone
yang senantiasa mengilhami, dan menyisakan perenungan-perenungan spiritual yang menguatkan. Di dalamnya terdapat jiwa-jiwa tulus nan agung yang setia, membasahi relung kalbu yang mengering, menyapu kalut hati yang berserak, dan memayungi diri dari teriknya dunia dan kerasnya pergulatan keserakahan serigala-serigala bertopeng domba.

Wednesday, May 12, 2010

Mengaji atau Merugi

"Ngaji, Nduuk! Walau ayah! Niat ingsun dipekso. Memang harus dipaksakan untuk memulai."

Sudah berkali-kali nasehat di atas singgah di kuping kananku. Rehat sejenak di otak. Kemudian, berlanjut keluar lewat kuping kiriku. Selalu begitu. Orang tua selalu mengingatkan jika aku mulai menceritakan aktivitasku, termasuk penyakit malas yang menghinggapi jasmani dan rohaniku, diantaranya misalnya ketika aku malas mengaji. Namun ketika aku tidak bercerita, asumsi mereka (mungkin) sudah tidak ada masalah alias aku sudah rutin mengaji. Kemudian aku mencoba mengingat kembali, kapan terakhir aku membuka Al-Quran? Seminggu yang lalu sepertinya. Baguslah, pikirku, tidak terlalu parah. Tapi, apakah demikian?

Persinggungan antara celah peristiwa dan lalu lintas suara hati mengantarku pada bisikan halus dalam kalbu yang nyaris tidak terdengar, kecuali jika aku diam, hening, dan memberi ruang pada desir itu. Desiran itu adalah pertanyaan tentang : "Apakah kita termasuk orang-orang yang merugi?"

Tafsiran merugi memang sangat luas. Jika tinjauannya adalah Surat Al-Asr, maka indikator kerugian adalah waktu (masa). Dan memang, waktu adalah variabel yang paling bisa mendeterminasi apakah manusia tergolong orang yang beruntung, merugi, atau celaka. Coba simak saja pesan dalam ayat (Al Asr) di bawah ini:
1) Demi masa
2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran)

Sungguh luar biasa ayat tersebut mengingatkan manusia supaya tidak menyia-nyiakan waktu, menjadi sebaik-baik manusia, bermanfaat bagi orang lain, dan tidak merugi.

Lalu apa hubungan antara membaca Al-Quran dengan orang yang merugi? Jelas ada. Mengaji dan mengkaji Al-Quran bisa menghindarkan kita menjadi manusia yang merugi. Aku juga teringat pesan keluarga waktu itu, terutama berkaitan dengan pengaruh faktor lingkungan dan peluang menjadi manusia yang merugi. Waktu itu mereka mengingatkan bahwa aku harus selalu meng-upgrade kualitas ibadah. Tidak bisa disejajarkan dengan orang lain. Bahkan, jangan sampai menurun sesuai dengan standar orang lain

Misalnya saja, ketika aku sudah rutin shalat lima waktu, aku harus mengusahakan shalat tepat waktu. Ketika aku sudah rutin shalat tepat waktu, aku harus mengusahakan shalat sunnah lain. Ketika aku sudah terbiasa mengaji, hari berikutnya aku harus istiqomah dan memperbanyak ayatnya. Singkatnya, kita harus membiasakan diri memperbaiki kualitas ibadah. Jangan sampai terbawa arus dan pengaruh lingkungan. Misalnya, terbawa kebiasaan shalat ngaret atau bahkan lalai sholat. Semua itu dimaksudkan supaya kita tidak menjadi manusia merugi.

Sesungguhnya formulasinya adalah:
"hari ini lebih baik dari hari kemarin = beruntung
hari ini sama dengan hari kemarin = merugi
hari ini lebih buruk dari hari kemarin = celaka"

Semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung. Upgrading diri memang perlu dilakukan setiap hari.

Salam, _Kf_

Thursday, April 22, 2010

Miss 'em

Keluarga ...
tempat keceriaan dan kejujuran bermuara.

salam 'o-aku-rindu', _Kf_

Sunday, April 18, 2010

Minggu, Bengkel Hati, dan yang dirindukan

Kembali pada hari Minggu..

Hari untuk menyendiri dan mempersiapkan segala strategi untuk keesokan hari. Hari untuk introspeksi diri, sebuah proses yang berkelanjutan agar tidak menjadi manusia yang merugi. Saya akan belajar untuk gemar mencatat (lagi) sekarang: mendaftar prioritas, target, dan kewajiban yang harus dipenuhi selama sehari, sebulan, bahkan jangka panjang. Saya sudah lama diajari tentang metode ini. Dahulu saya pernah mempraktikannya. Namun kemudian 'mandeg' karena sudah tidak sempat dan tidak telaten. Kemudian saya teringat bahwa ini juga merupakan latihan : mendisiplinkan diri.


Hari Minggu berjalan dengan tempo melambat. Saya pun masih belum beranjak dari depan laptop ini sejak pagi tadi. Dan baru saya sadari ternyata di luar sana, matahari telah merangkak naik lebih dari sepenggalah dari jarak bumi. Proses di depan laptop ini juga akan saya maknai sebagai proses pencarian diri dan memperkaya horizon pengatahuan-di dunia yang tanpa batas. Setiap penemuan dan persinggahan pada laman-laman dunia maya ini senantiasa membuat saya berdecak, ber-'wow', dan berpikir. Ini adalah kemanfaatan umat yang harus dimanfaatkan secara positif. Saya bersyukur terfasilitas 'keajaiban' ini, sehingga saya harus menjadikannya sebagai kekuatan yang membaikkan, bagi kemajuan dan intelektualitas diri.

Senandung lagu-lagu religi ini setia menemani, dari pagi. Ada getaran yang mendamaikan, yang saya butuhkan sekarang. "Rindu-rindu kalbu memanggil-mangil nama-Mu. Seperti terbang di langit-Mu, tenggelam di lautan cinta-Mu". Lagu itu yang saat ini 'on' dalam playlist Windows Media Players. Saat ini memang saya sedang terkena virus 'rindu'. Rindu akan banyak hal yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu, karena ada bookmark 'pribadi' yang berhubungan dengan hati. Selain itu ada beberapa kerinduan di hari Minggu ini yang ingin saya share-kan.

Bengkel Hati

Minggu pagi, di rumah, biasanya kami sekeluarga menonton "Bengkel Hati" dan ketika sedang commercial break kami mengganti channel lain, "Curhat Donk". Intinya Minggu pagi, dimulai dengan operasi hati dan intropeksi diri. Acara Bengkel Hati merupakan salah satua acara favorit keluarga. Bahkan Adik berinisiatif mencatat segala indikasi penyakit dan diagnosis, dalam hubungannya dengan penyakit hati dan akhlak yang kita punyai. Selanjutnya, saya, mama, dan adik sering mencatatnya bergantian. Dalam Al-Quran, firman Allah yang mengandung banyak kebenaran telah termaktub bahwa segala penyakit yang kita miliki sebenarnya ada kaitan dengan amalan atau akhlaq yang kita miliki. Itu sudah terbukti.

Dari beberapa catatan yang kami miliki tentang relasi penyakit dengan akhlaq, saya pun mengiyakan-atau sangat mempercayai. Ini dengan catatan bahwa saya tetap yakin bahwa pendekatan saintifik dan akademis tetap memberikan sumbangsih nyata bagi dunia kesehatan. Namun, saya juga percaya bahwa di atas segalanya, kesehatan (lahir dan batin) kita ditentukan oleh Sang Pemberi Obat. Biasanya pendekatan dengan cara 'bengkel hati' ini dilakukan dengan cara. Pertama, mengakui bahwa selama ini kita mempunyai akhlaq sedemikian rupa. Kedua, kita harus memohon ampun, ber-istighfar, dan berdoa memohon kepada Allah bahwa jika penyakit yang kita hadapi memang dikarenakan kesalahan akhlak, maka ampunilah dosa kami, dan sembuhkanlah penyakit kami. Ketiga, memperbaiki akhlaq dan memperbanyak sholat Tahajud.

Saya sendiri pernah mengalami pengalaman berkaitan dengan ini. Suatu saat saya mengalami nyeri lutut. Saya sempat bingung juga mengapa tiba-tiba saya merasa seperti orang tua. Bahkan untuk sujud dan berdiri dari duduk ketika sholat pun terasa sangat nyeri. Terlebih juga ketika naik-turun tangga. Kemudian ketika pulang ke rumah, saya menceritakan ini dan mencoba melihat catatan 'bengkel hati' tersebut. Yang saya dapati kemudian, saya merasa 'tertohok' karena indikasi yang tertulis dalam buku tersebut, diiyakan oleh keluarga. Saya pun menyadari akhalq saya itu. Di situ tertulis bahwa nyeri di lutut --> jika mempunyai keinginan yang kuat, harus segela terrealisir. Istilah dalam bahasa Jawanya, 'sak deq sak nyet'. Keinginan (nafsu) tersebut harus segera diwujudkan. Menyadari hal itu, saya mulai mencoba menahan diri agar tidak terlalu mempunyai banyak keinginan dan berambisi untuk segera mendapatkannya. Tentunya, setelah itu saya beristighfar dan memohon ampun. Alhamdulillah sampai saat ini semoga nyeri itu menghilang selamanya.

Minggu pagi yang saya rindukan kemudian adalah sarapan bersama keluarga di luar. Yang spesial juga di hari Minggu adalah kami biasanya sarapan pagi di warung nasi pecel langganan keluarga. Cita rasa pecel khas Blitar yang saya 'menggigit' dan mantaph. Ditambah teh anget manis yang melegakan dan menghangatkan tenggorokan kami. Kemudian sesampainya di rumah, meminum susu kedelai hangat langganan kami juga.

Adikku, Da'i-Ku

Itu pula yang saya rindukan di hari Minggu ini. Cerita tentang ini akan saya tulis di posting selanjutnya. Semoga adik saya tidak dibuat ge-er karenanya.

Salam bengkel hati, salam Minggu penuh berkah, -KF-