Di antara salah
satu kondisi yang tidak mengenakkan adalah kekecewaan. Kecewa adalah titik temu
antara pengharapan atau angan-angan, yang tidak kongruen dengan kenyataan. Hampir semua orang pernah merasa kecewa
terhadap aspek apa pun dalam kehidupan ini. Bahkan, sadar atau tidak pasti setiap orang pernah mengecewakan orang lain. Minggu
lalu, ada beberapa orang yang mengalami perasaan itu. Salah seorang teman juga
bercerita bahwa dia sangat kecewa dengan
kondisi (oknum x) di institusi y, sehingga
memutuskan untuk ‘move on’ dan memulai meniti harapan-harapan
baru di jalan yang lain. Ternyata, setelah saya flash
back, banyak sekali pihak yang telah
dikecewakan oleh faktor dan oknum yang sama. Mungkin saya juga bagian dari
mereka.
Kecewa yang
mengendap terlalu lama tidak baik untuk kesehatan dan juga kecantikan. Hehe.
Oleh karena itu, saya mencoba mengurai pengalaman merasai kecewa. Ada
asap, pasti ada api. Kecewa biasanya timbul dari kondisi atau hubungan yang
tidak sehat. Karena tidak mungkin suatu relasi yang baik dan sehat akan
menmbulkan perasaan kecewa dari salah satu pihak-pihak terkait. Kondisi atau
relasi yang tidak sehat bisa juga diartikan sebagai ketidakadilan, kurangnya
komunikasi, kekurangbersyukuran, kurang sinergis, dan lain-lain. Kecewa yang
paling tragis dan tidak mengenakkan adalah ketika tidak mampu meluapkan atau
mengungapkan rasa tersebut kepada pihak yang mengecewakan. Saya akan mengambil
contoh, misalnya saya sangat kecewa
terhadap sikap pemimpin yang tidak adil, egois, pragmatis, dan ‘politis’. Tetapi saya tidak bisa berbuat
apa-apa, karena perbedaan hierarki kekuasaan dan karena pemimpin memiliki
kekuasaan relatif yang lebih benar.
Maka,
bersyukurlah ketika kita masih bisa mengutarakan rasa kecewa dengan jujur kepada pihak yang telah
mengecewakan. Setidaknya kita telah jujur pada diri sendiri dan orang lain
serta berusaha mengubah keadaan agar kita merasa lebih ‘plonk’. Perubahan
keadaan, terutama hubungan antara beberapa pihak yang terkait, bisa mengarah ke
dua kemungkinan, yatu lebih buruk atau lebih baik. Semua tergantung bagaimana
cara menyikapi dan mengomunikasikan persoalan tersebut.
Perasaan kecewa
sungguh tidak mengenakkan, baik bagi pihak yang membuat kecewa atau pihak yang
mengecewakan. Berikut ini adalah beberapa
hal yang bisa dicoba untuk mengeliminasi sakit atau tidak enaknya rasa kecewa:
1. Tidak
memendam rasa kecewa yang berlarut-larut.
2.
Menyalahkan
dan mendendam adalah perbuatan yang sangat sia-sia dan tidak berguna. Lebih
produktif jika kita introspeksi.
3. Meminta
maaf dan memberi maaf akan lebih melegakan, walaupun sulit.
4.
Lebih
mendekatkan diri kepada Sang Pemberi Rasa. Memohon agar selalu didekatkan dan
dilindungi sehingga kita bisa ikhlas dan berpikir bahwa kecewa adalah perasaan
yang sementara
5. Mendengarkan
musik yang mendamaikan dan menyemangati. Jangan yang sedih2.
Misalnya : lagu-lagu religi, tentang kematian, kebesaran Tuhan, lagu
tentang mimpi, semangat, kegemberiaan dan keceriaaan, serta berbuat baik kepada sesama.
6.
Membaca
Al-Qur’an dan/atau buku-buku yang
menginspirasi.
7.
Keluar
ke jalan. Memperhatikan di sekitar secara lebih dekat. Memandangi erat-erat mereka yang masih kekurangan. Pasti
hati kecilmu lupa dengan perasaan kecewa, tetapi lebih banyak bersyukur dan
berfkir sia-sia kecewa karena hal yang masih sepele, tetapi akan bertekad menjadi
orang yang lebih bermanfaat bagi sesame.
8. Menyambung silaturahmi dengan saudara atau
teman lama. Mempererat silaturahmi dengan orang-orang yang mendukungmu
dan yang bisa menghiburmu.
9. Gunakan
momentum untuk meningkatkan kualitas diri.
Salam,
Kiki Fauzia