Showing posts with label student. Show all posts
Showing posts with label student. Show all posts

Wednesday, November 24, 2010

Studi Ekskursi 2010

Experiencing Professional Life?

Dengan tajuk
“Experiencing Professional Life through Excursion 2010”, studi ekskursi jurusan hubungan internasional angkatan 2007 berhasil terlaksana. Dalam lima hari perjalanan menjelajah ibu kota, 7-11 November 2011, saya menemukan pemandangan yang lain dari keseharian. Saya pun diajak menatap erat hingar bingar kota metropolitan, dan menyelami aktivitas serta polah tingkah manusia di dalamnya. Seolah-olah diri ini dipaksa mengalihkan sedikit perhatian dari duka Merapi yang masih membalut pilu kota Jogjakarta tercinta.

Keputusan meninggalkan Jogja merupakan pilihan sulit karena separuh nafas saya masih melekat pada pori-pori ruang dan waktu, bersama debu dan abu vulkanik yang mulai kasat mata tersapu hujan yang mengguyur Jogja selama beberapa hari. Ya, Jogja telah aman dan nyaman seperti layaknya. Aktivitas Merapi memang bisa mengancam setiap saat, namun kenyamanan Jogja telah kembali. Saya bisa merasakan Merapi seakan anteng di dalam kekuatan mahadaya-nya. Dua hari itu Merapi telah berdamai dalam harmoni Jogja.

Hari keberangkatan, Minggu, 7 November 2010, cuaca cerah menyelimuti Jogja. Langit dan awan terlihat indah. Dedaunan telah berubah warna, dari yang semula abu-abu menjadi hijau. Namun ada yang berbeda dari biasanya. Saya tak biasa dengan kesepian di kos yang mulai menggerogoti kalbu. Bagaimana tidak, hampir seluruh teman kos saya telah pulang ke kampung halaman atau mengungsi ke rumah saudara. Hingga kira-kira hanya tersisa empat penghuni kos dari total 41 mahasiswa, belum termasuk keluarga ibu kos yang masih setia di rumah. Saya tidak terbiasa dengan kesepian di kos yang biasanya selalu riuh dengan tawa, nyanyi, dan humor penghuni-penghuninya.

Satu demi satu teman kos saya telah pergi meninggalkan Jogja. Dan saya pun merasa terpecundangi oleh diri sendiri karena ingin berbuat banyak untuk Jogja, namun terganjal limit diri dan keputusan yang telah saya buat sebelumnya. Namun saya tidak menyesali keputusan yang telah saya buat, karena akan selalu ada pembelajaran dan oleh-oleh dari sana.

Minggu, 7 November 2010

Sore itu, saya sepakat berangkat bersama sahabat saya, Flo. Saya lega, karena sebelumnya saya khawatir dengan absennya beberapa teman dekat saya dalam kegiatan ini. Tas travel yang saya jinjing terasa cukup berat hingga perjalanan menuju kampus membuat keringat saya bercucuran. Dari kejauhan terlihat bus yang telah terparkir di depan Fakultas Hukum. Kami pun mempercepat langkah, dan disambut dengan ringan tangan serta senyum ceria sahabat saya yang lain, Davi. Kemudian, teman-teman laki-laki saya dengan cekatan membantu saya menaikkan tas travel kami ke bagasi bus. Oh, what a nice beginning.

Perjalanan dimulai dengan doa. Saya terdiam, tersenyum, dan teringat kebiasaan piknik bersama keluarga dari sekolah ibu-bapak saya, ketika masih kecil, bahkan sampai saya SMA, Biasanya kami berkendara dengan bus pariwisata. Kebersamaan bersama teman-teman satu angkatan seperti ini adalah kesempatan langka bagi saya. Oleh karena itu saya mencoba menikmati setiap rasanya. Riuh, tawa, canda, teriakan, geram, nyanyian, dan beraneka obrolan menemani perjalanaan kami hingga larut. Di samping saya, duduk sahabat yang khusuk dalam perjalanan, ditemani Al-Quran, Al Ma'tsurat, dan boneka unta kesayangannya. Dalam suatu percakapan, saya merasa tertampar karena malu sendiri, mengapa saya sering mengacuhkan Kitab Suci itu.

Perjalanan menyusur senja sore itu sangat indah. Dari tepi jendela bus, saya mengagumi sketsa alam ciptaan-Nya. Sawah yang membentang, sungai yang tenang, dan pepohonan yang melambaikan tangan kebesarannya tersenyum pada saya, dengan sederhana namun menyentuh teramat dalam. Pada suatu celah waktu, saya melihat seorang kakek mendayungkan perahunya di sebuah sungai yang tenang ketika magrib menjelang. Saya semakin tersentuh. Mereka juga merupakan bagian dari kehidupan.

Semakin malam, semakin gila. Riuh renyah tawa ditambah dentuman musik dangdut semakin memeriahkan suasana malam. Mulai dari cinta satu malam, keong racun, sampai lagu-lagu ga jelas yang mengumbar aurat penyanyinya. Yang penting semua senang dan gembira. Perjalanan terus berlanjut, dan erhentian selanjutnya adalah untuk makan malam. Diteruskan hingga pagi menjelang. Akhirnya, kami sampai tepat waktu di arena rest room Cikampek pada jam 04.30 dini hari.

Senin, 8 November 2010

Kami masih mempunyai banyak waktu hingga kunjungan pertama ke LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) pada jam 12.30 siang. Seperti biasa, apa yang terjadi menanggapi situasi seperti ini? Kuping saya lelah dengan semua komplain dan keluhan. Enyahlah dengan itu semua, saya melanjutkan tidur saya hingga jam 6. Kebetulan saya tidak sholat, jadi saya punya kesempatan untuk beristirahat lebih lama. Hingga akhirnya matahari telah menanjak, saya pun memutuskan keluar bus, menuju Indomaret untuk membeli barang yang saya perlukan. Membeli kudapan ngemil sebagai sarapan. Selanjutnya, mandi dan siap berbusana rapi.

Jam 10 kami melanjutkan perjalanan menuju LIPI. Jam 12.30, sesampainya di tempat tujuan, kami makan siang dulu. Kami pun menaiki gedung itu, di lantai 3, kami menemukan sebuah ruangan tidak terlalu lebar tapi cukup untuk sekitar 50 orang. Di sana kami di sambut dua peneliti bidang Politik dari LIPI. Sayangnya ingatan saya terlalu pendek untuk mengingat nama beliau berdua. Kami diberi pengetahuan seputar LIPI, dan diteruskan tanya jawab interaktif.

Ruangan LIPI itu mengingatkan saya akan dua hal : Pertama, Bapak Ikrar Nusa Bhakti. Siapa beliau? Ehmm, saya juga baru tahu kalau beliau itu adalah Kepala Pusat Peneliti bidang Politik di LIPI. Saya hanya terasa familiar dengan foto yang terpajang di dinding. Wajahnya serasa tidak asing. Usut punya usut ya memang beliau lah orangnya. Dalam seleksi beasiswa ADS di Jogja sekitar setahun yang lalu, saya bertemu Pak Ikrar. Selama dua hari saya menjemput beliau dan seorang juri dari Australia dari hotel untuk diantar ke Ruang Sidang Rektorat. Dalam perjalanan, kami berbincang banyak hal. Beliau sosok yang sederhana, ramah, hangat, dan down to earth. Beliau juga menitipkan salam kepada Pak Moechtar Mas'oed, dosen saya. Karena ternyata beliau berdua bersahabat baik.

Kedua, LIPI meningatkan saya pada a foreigner from Jerman. Perjumpaan tak disengaja yang melengkapi semalam obrolan saya di travel dari Blitar menuju Jogja. Kisah selengkapnya bisa dibaca di sini.

Selanjutnya saya mencatat beberapa hal dari kunjungan singkat sore itu, diantaranya:

Don't be too generous! Be selective!

Entah pada bahasan apa nasehat itu keluar dari ibu-ibu peneliti kawakan tersebut. Pelajaran berharga bagi saya diantara semua hal yang saya pelajari siang itu.

Selanjutnya, kami kembali ke Wisma Karsa Garini, di dekat Bandara Halim Perdanakusuma. Itulah tempat kami menginap selama tiga hari dua malam di Jakarta.

Hari berikutnya, Selasa 9 November, ekskursi dilanjutkan ke Kedutaan Besar Jepang dan Jakarta Post, atau CSIS.


Rabu, 10 November, kunjungan dilanjutkan ke ASTRA Internasional dan Kemenlu. Sementara, hari terakhir, 11 November kunjungan terakhir ke Kantor Delegasi Uni Eropa melengkapi rangkaian SE tahun ini. Sebenarnya sebelum bertolak balik ke Jogja, masih ada kunjungan ke Pantai Ancol, namun saya harus terpisah dari rombongan karena sudah merencanakan hal lain.


** Maaf cerita kunjungannya tidak terlalu detail ^^

Salam,

Kiki Fauzia


Wednesday, April 14, 2010

Warning or Caring

Good evening blogger and reader,

No exam today. I went to campus and lent my friend my camera pocket for her project. Then, I had lunch with my kost-friends in "d'Gunz". After that, I went to the office : eat Amanda brownies that my friend brought for her own-birthday, sent email to university partner in Australia, then had a DREaM meeting in Balairung. At evening, I had a dinner in "Black Burger" with some OIA friends. So, what's special today?


Here is the story:
This afternoon, I got a call from unidentified number, with the area code +6221 #########. I knew it was from Jakarta, but I didn't know who was calling. So, without hesitation, I just picked up the call, hoped that there would be any good news from the capital city. But, what I heard, then?

She was her, with a calm and soft voice. I didn't know the name yet 'till I write this. It's kinda ashamed that I forgot to ask her name. She has been so care to me. That's what I thought of what she just did to me.

First, she asked, " Are you Rizki Nur Fauzia?" Then, I said "Yes, I am." Later, she asked me more about my grade point avarage. She was so curious why my GPA was downgraded. I explained the reasons. She seemed so understandable by being a good listener and paying attention to what I was telling. In the end, she said to me, "Eventhough you are working, you still have to study diligently." Yups, she said "Kamu harus rajin belajar." She said it more than two times.


She was no one. I haven't known her name. I dont know her personally. But when she said and adviced those words, it sounds so powerful. Even, I almost never heard that kind of advice in such a long time. Neither, my parents. They seldom advice me that way.

I almost never heard that advice since I graduated from high school. I dont know why? Maybe when I am in university. Most people, especially my parents think that I am adult enough to think about what I need, including the need of studying.

I dont know whether her advice is a caring or a warning. Why warning? It's so possible because she was actually from the foundation that has been giving me scholarship. Her saying to me was still echoing in my ear. I dont care whether it is a warning or a caring. The most important now is realizing her advice. No matter what.

"Aku harus rajin belajar. Aku harus rajin belajar. Aku harus rajin belajar!"

Diligent regards, -KF-


Sunday, April 4, 2010

Work List

Here is my class-works list before midterm exam..

  • Introductory to Democracy Studies : Paper and presentasion about 'Democratization Process in West Europe and North America country'

  • Globalization : Paper and project about study case of globalization in culture

  • China's Foreign Policy : Presentation abour 'China-Tibet relations'

  • Military and Politics : Termpaper progress (Chapter I must be finished)

  • Political Party :**

  • Tourism in IR : Presentation about "Cultural Tourism in France"

  • European Government : **

** : There is no assignments yet. But surely I have to catch up my left-behind classes. I have to; coppying my friend's note, finding the reading brick, and more important: start reading and understanding. This rule also applied for all my classes.

Please wish me luck and pray the best for me.

Regards - KF-

Tuesday, February 23, 2010

Counting Hours to Thailand

I got a bit faint. Seems that I had a lack of sleeping hours. I was supposed to check everything regarding my upcoming travel instead of laying down in the bed, but I felt so tired. I need to sleeping but I can't close my eyes. So, I decided to write this in order to raise my energy and vitalize my spirit. However I can sleep later in the train tonight thou'. OMG, I just remember that I need to read my reading brick on the class of "Cross-Cultural Communication". Yeah, that's RIGHT. I need to. I want to be a BRIGHT SMART STUDENT! I need to.

I dont know why I really want to improve my reading capacity. I need to devote my time to study more, and more. I want to be academically expert. Yeah, first, I have to brush my brain, then fill my stomach. Yeah, I know, what I should do after writing this: taking a shower, praying Ashar, having an early dinner, checking up everything, finishing my very last packing, then reading the material from the class. Then, I will be waiting nicely for a ride who will pick me up and take me to Tugu Train Station.

Counting hours to Tugu, Jakarta, and Thailand. Bismillah.