Sunday, January 16, 2011

Flashback dengan Sepotong Kayu

credit picture : here

Dear pembaca yang budiman, sahabat virtual yang saya sayangi..

Maaf atas terabaikannya blog ini selama beberapa saat karena memang belum ada kesempatan untuk menuliskan ritme kehidupan saya akhir-akhir ini. Selamat berganti kalender tahun 2011. Selamat menyusun agenda dan resolusi di awal tahun untuk menyongsong hari, minggu, dan bulan ke depannya. Saya harus memperbanyak sabar dan syukur karena masih diberi kekuatan dan kesehatan untuk menjalankan hari-hari baru yang penuh misteri. Tahun 2010 telah berlalu dengan begitu cepat. Dan saya baru sadar kalau blog ini merupakan salah satu memoar yang merekamkan bagaimana waktu itu berlalu. Saya pun merasa tumbuh bersama blog ini. Diantara semua peristiwa dan pergolakan yang saya alami, saya berusaha mencurahkannya di sini. Bukan karena ingin dibaca atau dipahami, tetapi lebih agar bisa diilhami sebagai suatu pembelajaran, baik bagi diri sendiri maupun bagi pembaca yang merasa dirinya tidak sendiri.

Malam ini
Menjelang larut malam ini sebenarnya mata saya sudah lelah dan pedas. Saya tidak tahu apakah karena kurang tidur atau malah kebanyakan tidur. Yang jelas tadi malam saya begadang sampai hampir subuh. Tetapi tidur siang saya hari ini tidak kurang dari berjam-jam, dan saya rasa sudah cukup. Ada rasa gamang karena beberapa 'pending matters' yang belum rampung. Saya merasa bebal dalam kondisi seperti ini. Ini bukan pertama kali, dan terjatuh di lubang yang sama adalah isyarat kebabalan yang kronis. Saya tahu tetapi saya tidak mau tahu. Bebal memang.

Lagu 'Sepotong Kayu' ini mengalun terus. Ada rasa ngeri akan bayangan siksa di alam lain karena akumulasi perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan. Bayangkan betapa mudahnya kita menyakiti diri sendiri, bahkan tanpa sadar menyakiti orang lain. Bukan hanya perkataan dan perbuatan. Bahkan sorot mata kita pun bisa menjadi amalan dan dosa yang diperhitungkan. Mungkin banyak yang menjustifikasi akan aspek relijiusitas yang mulai bias jika dikaitkan dengan relevansi kekinian. Apalagi ketika semuanya serba pragmatis dan sekuler. Tidak ada yang salah memang dengan itu semua. Dan keyakinan akan sesuatu memang suatu pilihan. Pilihan yang harus dihargai, apalagi jika telah melalui proses perenungan yang dalam.

Tiba-tiba saya teringat perkataan salah satu teman yang dengan yakin berpendapat bahwa segala praktik keagamaan itu tidak ada artinya jika dalam kehidupan duniawi, kita terlalu egois, dan kurang berbagi dengan sesama. Suatu sentilan kecil yang dahsyat. Saya sepakat. Namun, bukan berarti praktik keagamaan itu tidak ada artinya. Saya pribadi berfikir bahwa kita harus bertanggung jawab dengan apa yang kita pilih, termasuk agama pilihan kita. Karena semua yang kita pilih dan jalani memang harus dipertanggungjawabkan nantinya. Itu juga mungkin yang membedakan antara orang yang dewasa, atau yang belum, orang yang bertakwa, atau lalai.

Lirik lagu yang berdendang di playlist saya malam ini mengingatkan bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini tidak ada artinya, jika kita tidak sembahyang. Kemudian saya teringat pesan saudara kandung saya di suatu waktu, tentang ibadah (sholat;red) sebagai prioritas. Ingat posting saya tentang reparasi hati. Saya selalu membutuhkan cahaya-cahaya seperti ini sebagai penyeimbang hidup yang seringkali membuat hati kita keruh dan kelu. Karena itulah, saya berdoa semoga nantinya didekatkan dengan orang-orang yang masih mempunyai lentara hati, ketika perputaran malam yang nyata adalah hal yang tidak bisa dielak lagi,

Hari Minggu ini,
Saya menjemput dua tamu, pewawancara beasiswa ADS dari Jakarta. Pesawat GA 206 hari ini datang on time. Bahkan lebih cepat 5 menit dari schedule di arrival board. Saya sangat menikmati dan senang dengan segala pertemuan dengan orang-orang baru dalam hidup. Tetapi semoga saja saya bukan golongan orang yang dengan cepat melupakan orang-orang dekat saya selama ini. Mereka yang lalu lalang dalam kehidupan kita sangat beragam, dan ada peribahasa yang mengatakan bahwa only true friend who leave footprint in our heart. Subhanallah, beruntungnya mempunyai sahabat-sahabat seperti ini. Dan saya ingin sekali belajar memaknai persahabatan, menangis karena indahnya persahabatan, dan karena perasaan saling menjaga dan mengingatkan. Tidak menertawakan kelemahan pribadi, tetapi tertawa renyah karena terhibur dengan kebodohan yang dimaklumi. Tidak egois adalah salah satu kuncinya.

Belajar berbagi memang sulit. Oleh karenanya saya sangat menghargai teman-teman yang datang kepada saya untuk berbagi, ternasuk mengenai segmen dan ritme hidupnya. Mereka yang datang, duduk ,dan menceritakan permasalahannya. Mereka yang dengan sabar dan ikhlas menceritakan segala ikhwal kehidupan, dan meminta kita mendengar dan berpendapat. Yang sangat saya apresiasi bukan hanya karena saya dipercaya, tetapi lebih karena mereka dengan keberanian ekstranya mau membagi masalah personalnya kepada orang lain. Dan akan saya jaga rapat-rapat verbatin percakapan empat mata tersebut. Temans, kalian memang pemberani.

Kembali ke topik. Di bandara pagi ini, mata kecil saya mengamati dan merekam berbagai laku dan gerak anak manusia. Saya selalu terpukau dengan dinamisnya aktivitas di bandara. Seakan saya ingin sekali masuk ke dalamnya, dan menjajali gate-gate nya, dan mengejar pesawat yang akan mengantar kita ke belahan tempat yang lain. Bandara memang luar biasa. Semoga selalu mengantarkan saya ke suatu perjalanan yang penuh dengan passion dan excitement.

Tahun kedua saya menjemput pewawancara ADS. Mereka sebagian besar adalah peneliti dan akademisi. Saya selalu simpati dengan orang-orang yang mempunyai kejernihan fikir seperi mereka. Terutama bagi mereka yang menerapkan ilmu padi. Memang semakin tinggi ilmu, seharusnya kita semakin merunduk. Beliau-beliau ini sangat humble, down to earth, dan pandai menghargai orang lain. Yang terakhir saya sebut merupakan perkara yang tidak mudah karena mereka yang merasa unggul dan melebihi orang lain cenderung tidak peka bahwa orang lain membutuhkan penghargaan dan penghormatan yang selevel dengan yang mereka inginkan.

Baiklah pembaca yang budiman, sekian saja untuk sementara waktu. Saya akan berbagi banyak hal di akhir tahun kemarin. Saya takut pagi hari akan segera menyapa padahal tubuh ini belum mendapat porsi istirahat malamnya. Terimakasih.


No comments: