Wednesday, April 14, 2010

rindu ber-PUISI

Kemarin, adik angkatanku men-tag-ku dalam sebuah notes di facebook. Dalam notes itu dia mengutip sebuah karya puisi Sapardi Djoko Damono. Nama itu sangat familiar di telingaku. Bahkan sejak SD. Nama itu melayangkan anganku pada kenangan masa lalu; kecintaanku pada puisi. Ketika SMP, aku gemar berpuisi. Di SMA pun, semakin menggelora hasratku untuk menjiwai karya puisi, berkompetisi dalam interpretasi diri, dan menikmati melodi, irama, rasa, dan roh yang ada pada setiap katanya. Semua itu semakin dramatis jika dijiwai secara mendalam dalam performa diri yang mampu merenggut perhatian ribuan mata yang mengamati, telinga yang mencerna, dan hati yang meresapi.

Ouh, Sapardi Djoko Damono, Piek Ardijanto Soeprijadi, Taufik Ismail, Hartoyo Andangdjaya, Chairil Anwar, Toto Sudarto Bachtiar, Zawawi Imron, dan masih banyak nama lain. Mereka adalah sastrawan yang menghiasi masa beliaku. Mereka pula yang telah menemaniku dalam puluhan festival seni di Kota (Blitar;red), serta mengantarku ke berbagai kompetisi di Sidoarjo, Madiun, dan Banyuwangi. Serta mendampingi adikku ke Gresik. Bahkan yang menerbangkannya mewakili provinsi di Kalimantan Timur.

Aku sungguh rindu berpuisi. Aku rindu menginterpretasikan setiap katanya. Aku haus akan ketatnya kompetisi. Aku mendambakan (lagi) latihan vokal, penjiwaan, mimik wajah, gesture, posture, dan semua yang terangkum dalam sebuah teatrikal atau musikalisasi puisi.

Sayang sekali, semakin ke sini aku semakin menjauh pada seni yang aku gemari. Aku akan sangat mendamba jika waktunya tiba kembali untuk berpuisi lagi. Kapan itu, aku belum tahu.

Salam cinta puisi dan sastra Indonesia, -KF-

2 comments:

hafid r said...

halo, singgah sejenak menengok blog yang selalu update ini. teruskan lukisan yang disapu dari kuas jemari yang hadir untuk yang lain...

Kiki Fauzia said...

makasih banyak Fid.
wah, baris terakhirmu sangat puitis sekali. mohon bimbinganya ki Sanak. hehe :D