Sunday, April 11, 2010

Di Balik Dies Natalies UGM ke-60

Saya ingin menuliskan cerita dan pengalaman saya beberapa bulan yang lalu. Daripada hanya mengendap dalam otak dan tersisa menjadi memori-memori pribadi, lebih baik saya berbagi- supaya bisa menjadi inspirasi untuk terus bermimpi. Dies Natalies UGM ke-60 terasa sangat spesial bagi saya. Saya bersyukur dan merasa beruntung hadir di tengah orang-orang besar, yang sukses dalam karir dan profesinya. Rasa bangga terutama karena berada di antara mereka yang sangat concern terhadap masa depan bangsa ini.

Saya tiba-tiba tertawa kelu. Menertawakan diri sendiri ketika mencoba mengingat kembali jawaban spontan saya kala itu. Dan sampai saat ini saya masih pada pendirian yang sama, menimbang dan bertanya-tanya sendiri, 'apa ada yang salah dengan pilihan jawaban saya itu'. Tatkala itu saya menemani dua orang kenamaan yang telah membesarkan nama Indonesia di kancah internasional. Agar lebih akrab dan mengenal lebih baik lagi, kami saling mengakrabkan diri dengan pertanyaan yang lebih personal. Beliau pun menanyakan tentang diri saya, termasuk tentang jurusan. Saya pun menjawabnya. Kemudian mereka menyebutkan dua profesi yang yang mereka harapkan dan amini untuk menjadi pilihan profesi saya. Karena sebuah doa yang baik, saya pun mengamininya dalam kata. Berapa menit kemudian, beliau menanyakan apa cita-cita saya. Entah, secara spontan saya menjawab “menjadi ibu rumah tangga yang baik…”. Hee =). Mereka pun hanya diam tak berkomentar. Sebenarnya penjelasan tentang cita-cita saya itu belum lengkap. Menjadi ibu rumah tangga yang baik yang…, …., …

Kemudian saya pun mengantarkan kedua tamu UGM ke perhelatan agung di Keraton dalam acara "HB IX Award" yang diberikan kepada dua akademisi UGM yang dianggap berkontribusi terhadap masyarakat dan bangsa ini. Event ini menghadirkan Sri Sultan HBX, segenap pimpinan tinggi rektorat, fakultas dan tamu-tamu Rektor dan Sultan. Belum sampai selesai acara, saya mendapat sms yang meminta saya mengantar dua orang tamu UGM tersebut untuk undur diri lebih dahulu. Yang saya salute malam itu adalah walaupun mereka berdua adalah orang besar, namun tetap menjaga etika dan sopan santun, agar terlihat tidak ‘melukai’ perasaan orang lain karena pamit terlebih dahulu. Saya pun merekomendasikan agar lewat pintu belakang agar tidak terlihat oleh banyak orang dan lebih sopan tentunya. Alhasil, saya pun mendapat pujian karena inisiatif saya itu.

Setelah mengantar salah satu tamu ke satu hotel terkenal di Jogja, tempat beliau dan istri menginap, Bapak yang satu meminta saya dan pak sopir berbalik lagi ke arah Taman Budaya Yogyakarta (TBY), karena telah membuat janji dengan kawan spesialnya di Jogja. Saya pun diajak menemui orang special ini. Susasana di TBY masih lumayan ramai. Padahal waktu sudah bergerak hampir menyentuh angka 12 malam. Karena memang saat itu sedang ada Biennale Festival, salah satunya di TBY. Kami pun bertemu orang yang telah lama menunggu. Tidak lama, hanya beberapa menit. Mengingat dia perempuan dan rumahnya jauuh di Bantul. Mereka hanya saling bertanya kabar secara singkat dan membuat janji lagi untuk esok.

Saya pun masih penasaran dengan wanita berambut panjang berkulit sawo matang dan mempunyai aura yang kuat itu. Usianya sekitar 30 tahunan akhir atau mungkin juga awal 40-an. Dalam perjalanan pulang ke rumah rektor di kompleks dosen Bulaksumur (karena memang Bapak tersebut 'stay' di situ selama di UGM). Bapak tersebut menceritakan bahwa ibu tadi merupakan seniman terkenal di Indonesia, bahkan di mancanegara. Lukisannya bahkan sudah mewarnai berbagai galeri seni dan festival di berbagai penjuru dunia. Dia pun sudah menjelajahi dunia, terbang bersama lukisannya, mulai dari kota seni di Paris, Roma, Venezia, sampai Amerika Serikat dan berbagai negara di kawasan lain.

Kemudian Bapak itu juga menceritakan bahwa salah satu lukisan ibu itu dijadikan gambar dalam cover buku terbarunya. Lukisan yang dijadikan salah satu gambar cover tersebut sangat unik karena memuat huruf Arab pegon, bertuliskan "I LOVE YOU'. Di akhir ceritanya, sang Bapak berpesan kepada saya, "Sebagai wanita, kamu harus bercita-cita tinggi dan menjadi apa yang kamu inginkan." Nasehat lain yang masih terpatri di hati saya adalah, "Untuk menjadi orang yang sukses atau ahli di bidangnya. Resep pertama yang harus kita punyai adalah : RASA SENANG. Jadi intinya, kita harus menyenangi dan menjiwai pekerjaan kita atau apa pun yang kita kerjakan."

Baik Pak saya masih belajar untuk meramu resep tersebut. Terimakasih banyak.

Best regards, -KF

No comments: